The Scent of Happiness

Title:

The Scent of Happiness

Length:

Oneshot

Rating:

PG-13

Genre:

Romance

Author:

Soshinism

Disclaimer:

Mohon maaf jika beberapa adegan dan kalimat dalam fanfic ini ada yang sama kaya sebuah novel, jujur saya terinspirasi dari novel itu. Tapi bukan ceritanya, hanya beberapa kalimatnya saja.

Note      :

Maaf ya kalo ini terlalu pendek dan ngga sesuai harapan readers. Mungkin alurnya terlalu cepet atau apa, maaf hehehe. Oya maaf juga saya ngubah nama author saya yang sebelumnya syoongie jadi soshinism. Readers, aku punya satu recommended song buat di dengerin, boleh di setel dari awal boleh juga pas adegan Sooyoung main biola nanti –aduh ngebocorin, maaf ya– Lagunya itu judulnya Devil’s Trill, cari di youtube aja biar cepet, keywordnya: Vanessa Mae – The Devil’s Trill. Tapi kalo saranku, dengerin aja pas scene itu. Makasih 😀

ENJOY YOUR READING~

Saat itu aku masih berumur 23 tahun. Masih menjalani kehidupanku seperti biasa –bekerja part time di salah satu restoran pizza, kuliah, dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dengan menjual beberapa lukisanku. Aku bukan seperti Siwon, sahabatku, yang termasuk lelaki populer karena ketampanan, kekayaan, dan keenceran otaknya di kampus. Namun yah, ada saja yang menyukaiku dengan sangat, Victoria namanya. Aku hanya seorang lelaki yang berada di jurusan musik namun sangat menyukai satu hal yang dinamakan melukis.

Apa aku baru saja menyebutkan kata melukis? Yah, melukis sudah menjadi bagian hidupku sejak kecil. Appaku seorang pelukis ternama begitu juga Eommaku. Kedua orang tuaku sempat menentangku saat tahu aku ingin mengambil jurusan musik. Namun, akhirnya mereka memperbolehkanku mengambil jurusan itu dengan dua syarat: aku harus membiayai kuliahku sendiri dan tetap melanjutkan hobi melukisku yang diturunkan dari kedua orang tuaku. Tidak masalah sih.

Aku sangat senang saat salah satu lukisanku mengikuti pameran yang diselenggarakan Appa dan Eommaku. Hanya lukisan sederhana seorang wanita yang sedang bermain biola di sebuah padang rumput yang kubuat selama kurang lebih 2 bulan. Pameran itu cukup banyak menarik minat pengunjung.

Dan di pameran itulah aku bertemu dengannya.

Wanita yang memiliki rambut coklat gelap itu adalah orang yang paling lama berdiam di depan lukisanku. Entah apa yang ia lakukan, ia hanya berdiri di depan lukisanku sambil tersenyum tipis dan meletakkan jari telunjuknya di dagunya. Apakah ia menyukai lukisanku?

Aku menghampirinya saat rasa penasaranku semakin membuncah karena ia tidak juga beranjak dari tempatnya berdiri. Saat sudah berada di dekatnya, aku memberanikan diri untuk bertanya padanya, “Apakah kau menyukainya?” Ia menoleh dan hanya tersenyum sebagai balasannya. Tuhan, apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama? Wanita itu… benar-benar sempurna. Mata bulat dan tajamnya seperti menghipnotisku untuk tetap menatapnya, hidung kecilnya yang sangat lucu, pipi tembam dan bibir kecil nan ranumnya seakan memantraiku untuk mencium ornamen wajahnya saat itu juga, semua itu seperti memberiku perintah untuk tetap menatap wajah sempurnanya. Ya Tuhan, ada apa denganku?!

Ia membungkuk hormat padaku dan pergi meninggalkan pameran itu setelahnya. Aku hanya bisa membalas salam perpisahannya itu dengan anggukan kecil. Aku bahkan belum sempat menanyakan namanya saat itu.

Hari-hari berikutnya aku masih juga belum bertemu dengan wanita itu. Hampir dalam keadaan menyerah aku menceritakan kejadian saat pameran itu pada Siwon. Dan ia hanya berkata, “Suatu saat kau akan bertemu dengannya, percayalah.” Dan entah kenapa aku percaya dengan perkataannya.

Suatu hari aku sedang duduk dengan tidak tenang di ruang tamu rumah besar Siwon. Bermain game bersamanya, maksudku. Aku masih saja serius dengan benda di hadapanku itu sementara Siwon sudah mem-pause permainannya dan menyapa seseorang yang baru saja masuk ke ruang tamu itu.

“Youngie-ah, kau pulang lebih awal?” Dan entah kenapa aku juga mem-pause permainanku hanya untuk melihat siapa yang baru saja datang.

Jantungku berdetak tak karuan ketika melihat siapa orang yang baru saja Siwon sapa.

Wanita itu.

Mataku juga membulat sempurna saat tahu seseorang yang baru saja datang itu adalah wanita dengan wajah sempurna yang secara sengaja kutemui di pameran. Ia hanya memakai sweater coklat dengan dalaman hem putih dan hotpants denim memperlihatkan kakinya yang jenjang.

Lagi-lagi wanita itu hanya menjawab pertanyaan Siwon dengan senyumnya, senyum yang sama seperti di pameran. Sesaat kemudian ia melihatku dan setelahnya membungkuk hormat kepadaku. Siwon mengacak rambutnya pelan kemudian menyuruhnya masuk ke kamar. Sebenarnya apa hubungan wanita itu dan Siwon?

“H-hyung… Siapa w-wanita itu?” Tanyaku padanya.

Siwon tersenyum kemudian menjawab, “Dia adikku, Kyu.”

Aku menatapnya terkejut. Wanita itu adiknya? Bahkan aku tidak pernah melihatnya di rumah Siwon selama ini.

“K-kau yakin dia adikmu, Hyung?” Ujarku setelahnya. Siwon tertawa dan menepuk punggungku beberapa kali. Aku yakin ia merasa aneh dengan pertanyaanku barusan. “Tentu saja dia adikku! Wae? Kau menyukainya?” Jawab Siwon dengan nada bercanda. Aku menatapnya horor dan berpura-pura memasang tampang tidak-mungkin-aku-menyukainya-hahaha.

“Oh! Dan Sooyoung baru saja menyelesaikan sekolah musiknya di Wina, jika itu pertanyaan yang ada di pikiranmu.” Tambah Siwon kemudian. Memang baru sekitar satu tahun ini aku bersahabat dengan Siwon, pantas saja aku tidak pernah bertemu dengannya.

***

Hari demi hari aku makin sering mengunjungi rumah Siwon, hanya untuk bertemu wanita itu. Wanita yang ternyata bernama Sooyoung dan adik dari Siwon, sahabatku. Aku tidak tahu cara lain untuk menemui Sooyoung jadi yah, mungkin satu-satunya cara untuk bertemu dengannya hanya berkunjung ke rumah Siwon. Sooyoung selalu pulang jam 4 sore. Terkadang lebih awal, terkadang juga bisa lebih sore lagi. Menyebabkan aku tidak bisa bertemu dengannya. Dan kalian tahu apa? Siwon mulai mencurigai gerak-gerikku.

Sampai akhirnya aku menceritakan pada Siwon bahwa aku sudah mencintai adiknya itu. Ia tidak terlihat terkejut, mungkin Siwon sudah tahu dari awal jika aku menyukai, anni, mencintai Sooyoung. Mungkin.

Siwon hanya tersenyum saat mendengar ceritaku, kemudian ia mengatakan sesuatu yang selama ini tidak aku ketahui.

“Dibalik semua tingkah ceria Sooyoung, dia itu seorang yang tidak bisa berbicara, adikku bisu. Dia mengalami sebuah kecelakaan mengerikan 5 tahun lalu. Kepalanya terbentur sangat keras menyebabkan beberapa saraf berbicaranya rusak dan harus menjalani sebuah operasi jika dia ingin kembali mempunyai suara. Namun, sampai sekarang dia masih belum mau menjalani operasi itu. Aku juga tidak tahu kenapa, dia tidak mau memberitahukannya padaku.”

Aku memandang Siwon dengan tatapan sangat tidak percaya. Itukah sebabnya Sooyoung tidak pernah membalas pertanyaan atau perkataan orang lain dengan kata-kata? Itukah sebabnya Sooyoung hanya akan tersenyum dan membungkuk hormat padaku ketika aku sedang berada di rumahnya? Itukah alasan Sooyoung terus tersenyum selama ini?

“Dekatilah Sooyoung jika kau benar-benar mencintainya. Jangan hanya berkunjung ke rumahku dan menjadikan bertanding game denganku sebagai alibi untuk melihat Sooyoung.” Tambah Siwon kemudian. Ia tersenyum dan menepuk bahuku seakan memberi semangat padaku.

Sejak saat itu, perjuanganku dimulai.

***

Tak kusangka mendekati Sooyoung itu bukan sesuatu yang sulit. Dia benar-benar mudah bergaul dengan siapa saja –terlepas dari fakta bahwa Sooyoung tidak bisa berbicara, itu tidak menghalangiku untuk mendekatinya. Aku bahkan sudah tahu mengapa Sooyoung selalu pulang jam 4 sore. Sooyoung mengikuti sebuah sekolah musik, biola adalah instrumen yang paling ia suka.

“Tidak berniat untuk melanjutkan sekolah musikmu di Wina? Wina terkenal akan pemusik hebatnya, bukan?”

Ya. Tapi, tidak, aku merindukan Korea, Appa, Eomma, dan Siwon Oppa.’ Aku tersenyum menanggapi tulisannya. Dalam hati aku berharap Sooyoung juga merindukanku. Bodoh, aku dan Sooyoung baru kenal beberapa bulan belakangan.

Kau sendiri? Permainan pianomu sangat brilian, Kyuhyun-ssi. Tidak berniat untuk ke Wina? Chopin sepertinya menunggumu.’ Tambahnya kemudian. Aku tersenyum ketika mengingat saat di mana kami mempertunjukkan kebolehan masing-masing. Sooyoung dengan biolanya dan aku dengan piano sebagai instrumen favoritku. Kemudian aku mengerutkan kening seraya berkata, “Akan kupikirkan. Tapi, sepertinya tidak perlu. Aku tidak berniat menjadi pianis yang luar biasa seperti Chopin atau Beethoven, atau bahkan Mozart.” Ia terlihat mengangguk mengerti. Kemudian kami terdiam beberapa saat.

Kyuhyun-ssi… Kau tahu, lukisanmu waktu itu persis seperti apa yang pernah kulakukan.’ Aku hanya menatapnya heran meminta penjelasan akan tulisannya kali ini. Sooyoung tersenyum kemudian menulis lagi, ‘Aku juga pernah memainkan biolaku di padang rumput, persis seperti yang ada di lukisanmu.

Aku hanya menatapnya terkejut setelah itu.

***

“Hanya sekali ini saja, Sooyoung. Kumohon.”

Asalkan Oppa juga memainkan bagian piano dari Andante setelah aku, bagaimana?’ Ya Tuhan, Sooyoung… Sooyoung memanggilku Oppa!

“Aaa… andweyo! Aku hanya ingin mendengar permainanmu, Sooyoung-ah.” Sooyoung terlihat sedikit kaget ketika aku memanggilnya dengan panggilan lebih akrab seperti itu. Namun, dengan cepat ia berhasil menguasai dirinya kembali.

Arra… Apa tadi? Andante?’ Aku mengangguk setelahnya. Ya, kali ini aku sedang berada di sekolah musiknya. Sooyoung yang mengajakku ke tempat ini. Sedikit banyak aku pernah mengetahui sekolah musik ini.

“Sooyoung-ah! Bagaimana jika kau memainkan Devil’s Trill Sonata saja?” Selaku sebelum Sooyoung benar-benar memainkan biolanya. Sooyoung membulatkan matanya lucu, sepertinya dia benar-benar terkejut. Sooyoung kembali ke arahku kemudian mengambil notenya dan menulis sesuatu.

Kau tahu? Devil’s Trill milik Tartini itu selalu menjadi kelemahanku.’ Aku memandang Sooyoung tepat di matanya kemudian berkata, “Lalu kenapa jika Devil’s Trill adalah kelemahanmu? Bukan berarti kau tidak bisa memainkannya kan? Ayo! Aku ingin mendengar seseorang memainkan lagu itu dengan sempurna selain Vanessa Mae!” Sooyoung lagi-lagi membulatkan matanya terkejut. Tak urung ia juga kembali meletakkan notenya, berdiri, kemudian bersiap untuk memainkan lagu itu.

Kemudian Sooyoung mulai memainkan biola kesayangannya. Aku melihat matanya yang merapat dan jari-jarinya dengan cekatan memainkan sebuah karya dari Giuseppe Tartini, seorang yang menciptakan Devil’s Trill. Sooyoung terlihat begitu menawan, aku tidak bisa mengedipkan mataku saat melihatnya bermain seperti itu. Ia memainkan salah satu lagu tersulit untuk para pemain biola itu dengan sempurna. Sempurna. Kukira ia hanya berbohong soal Devil’s Trill adalah kelemahannya.

Sooyoung tersenyum dan membungkuk hormat sesaat setelah ia menyelesaikan permainannya. Seolah-olah aku adalah tamu resmi yang sedang menonton pertunjukan musik klasik dan ia adalah the star of tonight’s show. Kupikir bukan seolah-olah lagi, tapi memang iya.

Masih dengan membawa biolanya Sooyoung duduk di sampingku. Ia terlihat menulis sesuatu yang agak panjang kemudian menunjukkannya padaku.

Itu bukan permainan terbaikku, aku sudah bilang kan, Devil’s Trill itu kelemahanku? Maaf jika tidak sesempurna Vanessa Mae atau Tartini. Mau mencoba? Akan kuajarkan. Tidak akan kuberi yang susah, cukup dasarnya dulu saja.’ Mataku terbelalak saat melihat tulisan Sooyoung. Sejujurnya aku tidak memiliki ketertarikan apapun pada biola atau alat musik gesek lainnya.

Tidak apa jika Oppa tidak mau, aku akan menyimpannya kembali kalau begitu.’ Ia menatapku tersenyum. Sepertinya Sooyoung menyadari keenggananku. Assh, demi bumi dan langit ada sebuah suara yang menyuruhku untuk mempelajari biola dari Sooyoung. Aku tidak bisa menolaknya! Sooyoung hendak memasukkan biola itu ke dalam tempatnya lagi ketika aku menahan lengannya. Ia terlihat sedikit terkejut kemudian menatap tanganku yang sedang erat menggenggam pergelangan tangannya.

Aku tersenyum kemudian berkata, “Aku mau.” Sooyoung tersenyum lebar kemudian mulai mengajariku bermain biola. Sooyoung mengajariku dengan lembut, sesekali ia menulis apa yang harus kulakukan di notenya kemudian mempraktekkan hal yang ia tulis itu secara langsung. Untuk membuatku lebih mengerti. Dan jika kalian penasaran, aku tidak terlalu memperhatikan caranya mengajar. Sooyoung menoleh menatapku yang juga sedang menatapnya. Mungkin ia menyadari gelagat anehku.

Entah setan dari mana aku terus saja mendekatkan kepalaku ke arahnya. Sooyoung juga semakin memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh dinding ruangan itu. Dan sedetik kemudian, bibirku sempurna mendarat di bibirnya. Aku tidak tahu apakah Sooyoung merapatkan matanya sepertiku atau tidak. Tidak, aku tidak melumatnya. Hanya mengecup bibirnya yang selama ini kudambakan.

Aku melepas kecupanku pada bibirnya kemudian melihat wajahnya yang terkejut. Aku tersenyum padanya kemudian menarik tubuhnya ke dalam pelukanku.

“Sooyoung-ah, nomu… joha.” Sooyoung kemudian melepas pelukanku padanya, ia terlihat berlari kecil ke tempat di mana notenya berada. Sebelum ia mencapai tempat itu, aku menahan lengannya lagi.

“Tidak perlu. Aku sudah tahu jawabanmu.” Sooyoung membulatkan matanya namun ia tersenyum setelah itu.

***

Kyuhyun Oppa eodisseo?! Begitulah isi pesan teks Sooyoung untukku.

“Oppa di belakangmu, Sayang.” Sooyoung membalikkan badannya dan menatapku malu. Sesaat kemudian pandangannya berubah kesal. Aku memang mengerjainya barusan hehe. Dengan muka pura-pura ditekuk dan bibir cemberut Sooyoung mendekat ke arahku kemudian memukul-mukul dadaku lucu. Dasar anak ini!

Segera saja kutarik ia ke dalam pelukanku dan berkata, “Aigoo aigoo, anak nakal! Seenaknya memukul namjachingumu sendiri!” Kemudian kusentil dahinya pelan. Bukannya tertawa atau apa Sooyoung malah semakin mengerucutkan bibirnya.

Belikan aku ice cream! Sekarang. Juga.’ Tulisnya dalam note yang ia gunakan untuk berkomunikasi denganku. Aku hanya mengangguk kemudian menggenggam tangannya yang kecil menuju sebuah kedai es krim.

Sooyoung terlihat tersenyum sangat bahagia sampai-sampai memperlihatkan giginya yang putih saat sebuah es krim chochomint sudah ada di tangannya. Kami kemudian berjalan bersama –dengan keadaan Sooyoung masih memakan es krimnya dan aku menggenggam tangan kirinya– dalam diam. Aku menariknya untuk duduk di bangku sambil menunggunya menghabiskan es krim. Kalian tahu, aku benar-benar ingin mencubit pipinya yang tembam itu saat ia sedang makan seperti ini.

Menurutku, sore itu sore yang sangat indah, menunggu Sooyoung menghabiskan makanan kesukaannya sembari mengusap-usap rambut panjang miliknya.

***

Aku memperhatikan wajah Sooyoung dengan seksama. Memperhatikan tiap detil wajahnya tanpa se-inch pun terlewat. Ia hanya mengalihkan pandangannya saat mataku kebetulan menatap matanya. Dan aku hanya bisa menahan tawa saat wajahnya memerah seperti ini. Kemudian dengan cekatan aku menggambar sketsa wajah Sooyoung di sketchbook yang selalu ada di tasku. Sooyoung tampak lega sesaat setelah aku mengalihkan pandangan intensku dari wajahnya.

Kau akan menggambar seluruh tubuhku atau wajahku saja?’ Dia memperlihatkan tulisannya itu padaku. Aku mengerti apa yang Sooyoung maksud, hahaha.

“Bagaimana jika Oppa ingin menggambar seluruh tubuhmu, hm?” Ujarku dengan senyum jahil sebagai tambahannya. Sooyoung terlihat berpikir sejenak kemudian kembali menulis sesuatu di notenya.

Tapi aku tetap memakai baju kan?’ Aku tertawa lebar ketika melihat tulisannya. Astaga, ada apasih di dalam pikirannya?! Aku mencubit pipinya gemas. Terkadang Sooyoung bisa menjadi anak kecil. Salah, bukan terkadang, tapi sering, eh anni, tapi selalu.

“Kau pikir Oppa ini Jack dalam film Titanic? Ya Tuhan, Sooyoung-ku… Tentu saja Oppa akan melukis tubuhmu lengkap dengan baju yang sekarang kau gunakan.” Ujarku setelahnya. Dan lagi, ia tersenyum lega. Untuk beberapa saat kami terdiam, aku sibuk dengan sketsa wajah Sooyoung dan Sooyoung yang sedari tadi memandangi entah wajahku atau lukisanku. Baiklah kali ini aku terlalu percaya diri.

“Cha! Sudah selesai!” Ujarku sembari memperlihatkan hasil sketsa itu padanya. Ia terlihat sedikit terkejut. ‘Apakah ini mirip denganku?’ Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan pertanyaannya yang termasuk retoris itu.

“Nah, sekarang, mari kita observasi tubuhmu.” Sooyoung terlihat sedikit ketakutan saat aku mengucapkan kalimat itu. “Tenanglah, Sayang. Oppa tidak akan berbuat macam-macam.” Tambahku kemudian. Ia mengangguk kemudian mempersilakan aku untuk memperhatikan lekuk-lekuk tubuhnya. Kuakui tubuh Sooyoung itu sangat indah.

Tubuh Sooyoung terlihat gelisah lagi ketika pandanganku jatuh di dadanya. Tapi sungguh, aku tidak mempunyai pikiran kotor sama sekali ketika melihat benda kesayangan wanita itu. Aku meletakkan sketchbook yang sedari tadi berada di pangkuanku kemudian tanganku beralih memegang bahunya, “Salah satu kunci sukses indah atau tidaknya sebuah lukisan itu adalah objeknya tidak sering bergerak, tetap dalam posisinya, dan rileks. Mengerti, Choi Sooyoung?” Dia hanya mengangguk dan kembali merilekskan tubuhnya.

Dan hari itu, aku membuat sketsa terindah sepanjang hidupku.

***

            “Gwenchana, Sooyoung-ah… Gwenchanayo.” Sooyoung hanya diam saja. Ia terlihat benar-benar sedih. Baru saja beberapa temanku menghina Sooyoung yang tidak bisa berbicara. Aku memang mengajaknya ke kampus hari ini, hanya sekedar untuk menemaniku. Saat aku meninggalkannya untuk mengumpulkan beberapa tugasku yang terlambat, Victoria dan teman-temannya menghampiri Sooyoung. Pada awalnya, ia bersikap biasa saja pada Sooyoung. Namun, saat Sooyoung berkomunikasi dengannya menggunakan notenya, wanita sialan itu langsung membuat kesimpulan bahwa Sooyoung adalah seorang yang tak bisa berbicara.

Victoria terus saja menghina Sooyoung dengan kata-kata, ‘Mana mungkin Kyuhyun mau dengan gadis bisu seperti dirimu!’ ‘Hey, bisu! Aku tahu kau hanya memanfaatkan Kyuhyun karena kebaikannya kan?!’ ‘Aku juga tidak percaya kau adalah adik Siwon, mana mungkin Siwon yang sempurna bisa mempunyai adik sepertimu, cish! Pembual!’ hingga aku datang dan segera menarik Sooyoung dari tempatnya.

Dan setelah itu, Sooyoung lebih banyak diam. Tidak menulis apapun. Aku ingin sekali menghajar Victoria karena telah membuat Sooyoung menjadi seperti ini. Ash, wanita jalang! Sooyoung menatapku kemudian memeluk tubuhku. Dan kurasakan bajuku sedikit basah.

“Uljima… Aku tidak pernah menyesal memilikimu, uljima, Soo-ah…”

Sooyoung mengangguk setelah itu. Ini salahku, mengapa juga aku membawanya ke kampus. Aish, Cho Kyuhyun pabo!

Sooyoung melepas pelukannya padaku kemudian menatapku lekat. Dan aku hanya membalasnya dengan tatapan waeyo? Sooyoung tersenyum tipis kemudian ia menepuk dadaku dan dadanya dua kali secara bergantian, menandakan ia sedang mengucapkan gomawo padaku. Aku mengangguk kemudian juga tersenyum padanya.

***

Aku membuka pintu depan saat bel pintu berdering untuk yang keempat kalinya dan menemukan Sooyoung sedang berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri dan menggigit bibir bawahnya seakan itu bisa menghangatkan tubuhnya. Ia menatapku dengan matanya yang indah dan menunjukkan senyum lemahnya kepadaku. Segera saja kutarik Sooyoung masuk ke apartemenku dan menyuruhnya duduk di sofa apartemenku kemudian memberikan selimut untuknya.

“Tunggu sebentar, Oppa buatkan coklat panas.” Ujarku padanya sambil tersenyum.

Dia menahan lenganku seakan berkata, “Tidak usah, di sinilah sebentar.” Tapi tentu saja dia tidak mengatakannya.

Aku hanya memandangnya heran. Ada apa dengannya? Namun, tetap saja aku mengikuti kemauannya.

Sooyoung menyerahkan buku notenya –yang ia gunakan untuk berkomunikasi denganku, seperti tadi– yang bertuliskan, ‘Oppa di sini saja. Aku sudah membawa coklat panas dari rumah.

“Aaa… Algesseo, Soo-ah.” Aku mengangguk mengiyakan perintahnya.

Kemudian aku duduk di sampingnya dan ia menyerahkan satu cup coklat panas yang katanya ia bawa dari rumah padaku lalu menyuruhku meminumnya. Kulihat ia menulis sesuatu lagi di notenya.

Sudah dua tahun kita berpacaran, Oppa lupa?’ Begitu isi tulisannya. Ya Tuhan, aku melupakan sesuatu yang sangat penting seperti itu! Paboya! Aku memandangnya yang sedang tersenyum dengan pandangan maafkan-Oppa-karena-tidak-ingat-hari-ini. Sungguh akhir-akhir ini aku sedang sibuk dengan skripsiku dan beberapa hal lain. Aku meletakkan coklat panas darinya dan memeluk tubuh kurus Sooyoung setelahnya. Meminta maaf padanya.

“Sooyoung-ah mianhaeyo… Mianhae mianhae… Mianhae, chagi…” Ujarku padanya. Sooyoung hanya mengangguk dalam pelukanku seolah-olah mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Aku tidak pernah menyesal memiliki Sooyoung, ia wanita yang sangat sempurna. Sooyoung sedikit meronta melepas pelukanku, sepertinya ia akan menulis sesuatu lagi.

Aku suka jika Oppa memelukku, hangat.’

Aku hanya tersenyum kecil membalasnya. Dan apa yang terjadi selanjutnya sangatlah mengejutkan. Dengan malu-malu Sooyoung mencium pipiku. Ya Tuhan, bahkan hanya dengan perbuatannya itu dapat membuat feromonku naik!

“Waegurae, Sooyoung-ah?” Tanyaku lagi. Sooyoung hanya menggeleng lucu sambil tersenyum, mungkin dia malu. Aku mencubit pipi tembamnya dan sekali lagi menariknya ke dalam dekapanku.

“Kau tahu, Sayang… Perbuatanmu itu membuatku ingin cepat-cepat menikahimu.” Masih dalam pelukanku ia mendongakkan kepalanya dan menatapku terkejut. Matanya berbinar dan bibirnya sedikit terbuka. Wanita ini benar-benar membuatku gila.

“Aku tidak bercanda. Sebagai permintaan maafku, bagaimana jika aku melamarmu hari ini, hm? Ide yang bagus kan?” Ia terlihat semakin terkejut karena ucapanku barusan. Aku menangkup wajahnya dengan tanganku kemudian berkata, “Sooyoung-ah… Aku mau kau menikah denganku. Aku mau kau menjadi seseorang yang akan terus bersamaku hingga ajalku nanti. Aku mau kau yang menjadi ibu dari anak-anakku, aku mau kau yang akan terus merawatku ketika aku sakit. Aku mau kau yang terus menciumku saat aku merindukanmu. Aku mau kau menjadi istriku. Sooyoung-ah, menikahlah denganku.”

Sooyoung mengangguk mengiyakan semua perkataanku.

Dan aku bersumpah itu adalah hari terbaik sepanjang hidupku.

***

            Aku tidak pernah menyesal mencintai Sooyoung. Aku tidak pernah menyesal memilikinya. Aku tidak pernah menyesal menikah dengannya. Aku juga tidak pernah menyesal mempunyai seorang anak lelaki dan Sooyoung adalah ibunya. Aku tidak pernah menyesal mencintai seorang yang bisu seperti Sooyoung. Ia wanita terbaik yang pernah ada selain ibuku.

Hanya Sooyoung yang bisa membuatku mati kutu saat bersamanya meskipun ia tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya Sooyoung yang bisa menjadi objek lukisan paling indah seumur hidupku. Hanya Sooyoung yang bisa membuat hatiku bergetar hanya dengan melihatnya memasak. Hanya Sooyoung yang bisa membuatku tersenyum benar-benar bahagia ketika aku bercinta dengannya. Hanya Sooyoung yang bisa membuatku mencintainya hingga seperti ini.

Ketika anakku lahir kebahagiaanku semakin bertambah. Hasil cintaku dengan Sooyoung. Cintaku pada dua manusia yang sangat berarti dalam hidupku itu tidak pernah terbagi, aku hanya menambahkannya. Yang semula hanya cinta untuk Sooyoung, sekarang juga bertambah untuk anak laki-lakiku, Cho Soohyun.

Dan hanya mereka berdualah yang bisa membuatku tersenyum seperti baru saja mendapatkan harta karun yang paling dicari di dunia ketika melihat keduanya bermain sepanjang waktu seperti saat ini. Tidak, bahkan Sooyoung-ku dan Soohyun-ku lebih berharga daripada harta karun itu.

Sooyoung menoleh ke arahku kemudian tersenyum, sangat cantik. Sooyoung menghampiriku yang sedang duduk di bawah pohon sambil memperhatikannya dan Soohyun berlarian ke sana kemari kemudian ia membisikkan sesuatu padaku.

“Oppa, terima kasih untuk segalanya. Nan jeongmal saranghaeyo.” Ujarnya dengan senyum malaikat khas miliknya. Satu lagi kebahagiaanku. Sooyoung akhirnya mau menjalani operasi untuk mengembalikan suaranya dan sekarang… Ia bisa mengatakan kata-kata yang sangat kutunggu itu langsung dari bibirnya. Tanpa note atau perantara apa pun.

“Nado saranghaeyo, Sooyoung-ah.” Balasku juga disertai senyum.

Sooyoung-ah, Soohyun-ah, aku mencintai kalian.

END

Happy end nih, ngga sad end lagi hehehe-_-v Jahat banget saya kayanya ya, pas nulis sad aja bisa panjaaaang banget, eh pas nulis happy end ngga nyampe 4,000 words. Tapi saya udah melunasi janji saya nih, happy ending! Oh iya, sebenernya udah ada 2 ff lagi di laptop saya, udah jadi juga, tinggal edit sedikit, terus di publish hehe. Tapiiiiii, itu ada berbau NC-NCnya gitu. Sedikit kok._. Nah berhubung sebentar lagi udah bulan Ramadhan, saya ngga berani publish itu ff, jadi yah, mungkin selama bulan Ramadhan ini saya ngga publish ff, mungkiiiinn. Jadi, jangan langsung membuat kesimpulan saya bener-bener nggak akan publish ff, bisa saja saya publish ff lain yang ngga ada NC-NCnya gitu. Mohon pengertiannya lagi hehe. Terima kasih sudah membaca~

PS: Sepertinya saya harus meminta maaf karena di sini banyak sekali adegan pelukan, hihi XD

11 thoughts on “The Scent of Happiness”

  1. Ya ampun, biarpun soo sempet bisu kyu tetep cinta mati!
    Kyu baek bgt! Perhatian bgt sama soo! Dan lg, akhrnya soo mau operasi tz bisa bicara lg! Mereka udh pnya baby lg 😀
    chukkae kyuyoung!
    So sweet~

  2. Wuaaah so sweetnya.. Kyaa salut deh sama kyuhyun oppa yg nerima dan cinta sama soo unnie secara apa adanya

  3. uwoohh..
    So sweet bget!
    Gw suka bget ama karakter kyuyoung disini! ❤
    kyu yg suka ama suyong apa adanya.
    Dan suyong yg ga minder ama kekurangannya.
    Daebak bget pokoknya! 🙂

Leave a reply to Sri Cancel reply