A Game of Power [Five: Return of Memories]

soshinism-139

 

A story by Soshinism

—–

Rating: PG 17

Genre: Romance, Action

Starring Cho Kyuhyun. Choi Sooyoung. Jung Yunho. Shim Changmin. Kwon Yuri. Kim Jaejoong

—–

Previous Chapter

Start Off | Meetings | One Important Clue | Abduction and an Old Truth

—–

Enjoy

“Oppa! Ayo keluar! Oppa! Ireona!” gadis itu tidak mengganggu sih, tapi dia terlalu cerewet. Selalu, kutegaskan, selalu mengajakku bermain setiap pulang sekolah. Apa dia ini tidak mengerti aku juga memiliki pekerjaan rumah dan harus segera kukerjakan?

“Pergilah, Sooyoung-ah,” aku membalasnya sambil tetap memejamkan mata. Aku hanya ingin tidur siang kali ini. “Oppa! Aku akan menunjukkan sesuatu padamu! Ayolah, Oppa!”

“Aargh baiklah Nona Choi, baiklah. Sekarang berdiri dan pergi dari perutku!” Kalau aku tidak memenuhi keinginannya sangat mungkin dia akan merajuk dan melapor pada Appa yang tidak-tidak. Memiliki dongsaeng seperti Sooyoung memang harus ekstra sabar.

Sooyoung berlari sambil menarik tangan kiriku dan akibatnya aku harus selalu menyamai langkahnya yang terlalu bersemangat. Kami menuju ke halaman belakang dan melewati ruang kerja Appa. Aku melihat lelaki yang sangat kusayangi itu sedang berbicara di ponsel, tidak tahu dengan siapa. Hampir saja aku mendengar pembicaraan Appa jika Sooyoung tidak kembali menarikku.

Kami sampai di halaman belakang dan bermain sepuas kami. Aku melihat Appa sedang memperhatikan kami bermain, ia tersenyum padaku dan–

Ireona Choi Sooyoung!” Sooyoung terbangun dari mimpinya saat sebuah tamparan keras lagi-lagi mendarat di pipinya. Perlahan ia membuka mata dan menemukan seseorang yang tak asing berada di hadapannya.

BUGH!

Kali ini Choi Sooyoung benar-benar terbangun akibat pukulan keras seseorang itu pada pelipisnya. Wanita itu merasa sangat pusing dan tak mampu lagi mendongakkan kepalanya. Lelaki di depannya mencengkeram dagunya dengan keras, memaksa Sooyoung untuk menatap tepat ke matanya. “Kurasa kau akan bosan jika aku bertanya apakah kau masih ingat padaku atau tidak, jadi lebih baik kutanya padamu, apa yang kau ingat tentangku, Choi Sooyoung?”

Sooyoung bergeming. Tak berusaha berbicara karena ia benar-benar tak memiliki kekuatan untuk sekedar mengatakan satu patah kata. “Aku tahu kau tidak bisu, Sooyoung-ah.”

Changmin berjalan ke arah belakang kursi tempat Sooyoung duduk kemudian mengeluarkan seutas kabel dari pergelangan tangannya dan melingkarkan kabel itu di leher Sooyoung. “Kau mau bicara atau merasakan bagaimana alat kesukaanku ini mengenai lehermu?”

Chinguya…”

Changmin memutar matanya malas. Kemudian tertawa lebar seakan ia tak pernah tertawa setelah sekian lama. “Chingu? Chingu katamu?” Lelaki itu kembali ke hadapan Sooyoung, wajahnnya hanya sekitar lima senti dari wajah Sooyoung. Matanya memerah penuh amarah. Kemudian ia berkata, “Aku bukan temanmu.” Tepat setelah itu Yunho dan Jaejoong masuk.

“Kau apakan dia, Changmin-ah?” tanya Yunho masih dengan senyum santainya. “Aah, hyungie, aku tidak melakukan hal-hal aneh padanya.” Yunho berjalan mendekati Sooyoung, mengambil kursi dan meletakkannya di hadapan Sooyoung. Ia duduk di kursi itu, melihat Sooyoung tepat di matanya, kemudian berkata, “Kau tahu, harusnya kau sudah mati. Harusnya kau sudah tidak ada lagi di dunia ini,” Yunho berhenti sejenak hanya untuk mengambil nafas, “harusnya kau, kau tidak boleh mengingat kejadian-kejadian selama kau menjadi agen. Tapi kau, kau malah mengingat semuanya. Sudah beruntung kau tidak kuberi prosedur yang lebih daripada Prosedur Halt. Now, what do you want?”

“Changmin-ah, lepaskan ikatannya,” perintah Yunho pada Changmin. Lelaki itu kemudian melepas ikatan pada pergelangan tangan Sooyoung dan membiarkannya terkulai. Tubuh Sooyoung jatuh dari kursi. “Oppa–“ BUGH!

Sebuah tendangan mendarat di perut kecil wanita itu, membuatnya terbatuk-batuk kesakitan.

“Sudah kubilang aku bukan Oppamu!” Yunho menarik kerah wanita itu dan memojokkannya ke dinding, menghimpitnya dengan tubuhnya yang besar. Ia menampar dan meninju pipi wanita itu berkali-kali hingga darah-darah segar mengalir dari bibir Sooyoung.

Yunho benar-benar terkejut saat melihat wanita itu hanya tersenyum menyeringai seperti meremehkannya. Ia hampir saja kembali memukul Sooyoung ketika wanita itu berkata, “Oppa, aku tahu kau tidak akan melakukannya..”

Dan lelaki itu langsung berhenti.

***

Kyuhyun bersandar dan melihat ke arah luar jendela mobil. Tak tahu mengapa ia benar-benar menyukai kegiatan itu akhir-akhir ini. Ia membuka ponselnya dan tersenyum ketika ia melihat foto di ponselnya. Tapi kemudian alisnya mengkerut sejalan dengan dahinya. “Kau curiga tidak sih pada Changmin? Aku merasakan hawa aneh sejak kemarin kita bertemu pertama dan memberitahukan soal Sooyoung padanya,” katanya pada Yuri yang sedang menyetir –entah dari mana mereka mendapatkan mobil baru sementara mobil yang mereka gunakan saat berangkat Changmin gunakan untuk pulang terlebih dahulu.

“Mengapa kau curiga padanya?” balasnya tak terlalu menganggap Kyuhyun benar.

“Kau masih ingat–“

To the point, Kyu,” potong Yuri.

“Jangan memotongku!”

“Ya, ya, ya, lanjutkan.”

“Nah, kau ingat saat kita memberitahunya tentang apa yang dialami Sooyoung?” Yuri hanya mengangguk. “Dia terihat begitu terkejut dan tak percaya, tapi berbeda dengan kita. Dia juga terlihat buru-buru untuk pergi ke suatu tempat setelah kita memberitahukannya. Seperti dia ingin melaporkan apa yang kita ceritakan padanya pada seseorang. Dia juga terlihat sangat marah dan tak rela jika memang Sooyoung masih mengingat saat-saat ia menjadi agen. Kau menyadari hal itu?”

Yuri terdiam. Otaknya memproses semua yang dikatakan Kyuhyun padanya. Bagian dari dirinya ada yang menyuruhnya untuk tak percaya itu karena Changmin adalah rekan mereka sejak lama namun sebagian lain dari dirinya juga mengatakan bahwa Kyuhyun benar.

“Dan lagi, ia juga terburu-buru pulang setelah misi kita selesai. Padahal sisa waktu misi bisa ia gunakan untuk istirahat sejenak. Dia juga tak pernah sebegitu marah saat kita membicarakan Sooyoung di mobil waktu itu. Dan… entah mengapa rasa kepercayaanku padanya sedikit memudar setelah kejadian itu… Kau tahu sendiri bagaimana bencinya Changmin pada Sooyoung setelah kejadian itu.”

Kwon Yuri diam untuk waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. “Kurasa.. itu hanya karena kebenciannya pada Sooyoung. Aku sedikit yakin dia tidak akan berbuat yang macam-macam pada Sooyoung.”

“Sedikit?” tanya Kyuhyun lagi. Sedikit menyeringai karena ia tahu sebenarnya Yuri hanya mencoba menyangkal apa yang dikatakannya. Yuri hanya mengangguk membalasnya.

“Kau mau ke kantor dulu atau langsung ke apartemen?” Yuri tetap tak mengalihkan pandangan dari jalanan di depannya.

“Hmm.. Kurasa aku akan ke kantor. Kau bisa antarkan aku ke sana kan, Yul?” Yuri kembali mengangguk. Kemudian keduanya diam selama sisa perjalanan.

***

Saat itu kira-kira pukul satu siang ketika Jung Yunho dan Choi Sooyoung berada pada satu ruangan yang sama dan tidak terjadi apa-apa. Hanya diam, dan duduk –setelah sebelumnnya mengusir dua orang lain yang juga bersama mereka. Yunho menghela nafas berat dan mendongakkan kepalanya yang tertunduk lemah. Jemari pada kedua tangannya ia satukan untuk menopang dagunya. Pendengarannya hanya menangkap suara angin bergesek dengan besi dan air jatuh dari pipa-pipa saluran. Namun bukan ia yang akhirnya memulai percakapan setelah lama hanya diam. Wanita di depannya-lah.

“Lepaskan aku, dan aku akan tutup mulut selamanya,” katanya dingin.

Yunho mengalihkan pandangannya dari lantai ke puncak kepala wanita itu yang terkena cahaya matahari siang yang panas. Sooyoung menegakkan badannya dari dinding tempatnya sedari tadi bersandar. Jalannya agak pincang karena terlalu lama duduk. Wajah cantiknya penuh luka dan darah kering. Bajunya kusut begitu pula rambutnya yang sama sekali tak bisa dikatakan rapi. Ia kembali duduk di hadapan Yunho sambil menekuk lengan di depan dadanya. Menyeringai kecil, ia berkata setengah berbisik, “Atau Oppa mau Changmin mengetahui siapa yang melakukannya saat itu, hm?”

Lelaki itu menggertakkan giginya kesal, pandangan tajamnya bertambah tajam seiring Sooyoung selesai berkata. Mengambil nafas dalam dan panjang Yunho membalas, “Aku masih tak percaya kau mampu mengingat semuanya dalam waktu yang singkat.”

Sooyoung kembali tersenyum remeh dan tertawa. Bahu kecilnya bergetar sejalan dengan tangannya yang berusaha menutupi tawanya supaya Changmin dan Jaejoong tak mengira ada yang aneh dengannya dan Yunho. “Aku juga sampai sekarang masih tak mengerti mengapa kau hanya menjalankan Halt padaku, padahal aku sudah merugikan kau dua kali,” Sooyoung menaikkan satu alisnya sambil melihat ke arah lain, “atau lebih,” tambahnya setelah itu menghela nafas.

Yunho diam-diam menyesali keputusannya untuk menjalankan prosedur pemberhentian itu dan mengutus Yuri untuk menjaga Sooyoung. Tentu saja ia akan mengingatnya perlahan, bodoh, katanya pada dirinya sendiri. Ia mengambil nafas panjang untuk kesekian kali dan berdiri setelah Sooyoung bertanya padanya, “Lalu… bagaimana tawaranku tadi?”

No worry, Oppa. I will remain silent, and weak, I’ll pretend to be the new Choi Sooyoung, and will never talk something relates to you or… that thing. Sohow?” tanyanya lagi sebelum Yunho membalas pertanyaannya yang pertama.

Yunho menunduk. Berpikir lagi dan lagi tentang apa yang akan ia jadikan jawaban. Berbagai hal berputar di otaknya seakan tak pernah berhenti. Yunho membuka mulutnya untuk berbicara, namun kembali menutupnya saat ia rasa ada keraguan dalam keputusannya. Namun kemudian, senyumnya melebar sejalan dengan kepalanya yang mendongak percaya diri. Ia menatap adiknya itu tepat di matanya dan berkata, “Baiklah, Sooyoung-ah, aku terima tawaranmu.”

Senyum Sooyoung mengembang kecil yang kemudian dilanjutkan dengannya mengajukan tangan tanda sebuah kesepakatan telah tercapai. Yunho menjabat tangan wanita tinggi itu masih sambil tersenyum. Keduanya berjalan ke arah pintu ruangan itu, berjalan keluar dengan senyum lebar di kedua wajah itu. Changmin dan Jaejoong yang berada di ruang depan hanya bisa membuka mulut lebar ketika Yunho menahan keduanya dan mempersilakan Sooyoung keluar dengan hormat. Lelaki itu berkata, “Biar saja, Changmin-ah, Jaejoong-ah.”

“Tenang saja, aku bahkan baru saja mempunyai rencana yang sangat lebih baik daripada menjalankan Halt padanya,” katanya pada kedua lelaki yang berada di sampingnya setelah memberi senyum terakhir sebagai salam perpisahan pada Sooyoung.

Sooyoung yang terlalu naif, tak pernah tahu arti senyum keduanya sangat jauh berbeda. Atau, ia tahu tapi membiarkannya saja?

***

Cho Kyuhyun baru saja menutup mulutnya setelah bertanya di mana Changmin berada ketika orang yang dicarinya tersebut muncul, berjalan dengan wibawa tinggi di samping Yunho dengan wajah serius seperti biasanya.

“Changmin–“ lelaki yang dipanggil hanya menoleh sepersekian detik kemudian kembali melangkah menyamai Yunho.

“Aish ada apa lagi dengan–“ belum selesai Kyuhyun menggerutu pada dirinya sendiri, ia kembali dikejutkan dengan sebuah tarikan pada lengan kanannya. Ternyata teman seperjuangan yang menarik lengannya itu berbalik di tengah jalannya bersama Yunho.

“Ikut aku,” kata Changmin lebih seperti berbisik. Kyuhyun hanya dapat mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengikuti Changmin. Sepertinya ia tahu akan dibawa kemana ia kali ini.

Nah, benar kan, pikirnya. Ruangan Yunho. Tapi, untuk apa lagi? Lanjutnya dalam hati.

Changmin membuka pintu ruangan Yunho memperlihatkan Yunho yang sepertinya sedang menunggu kedatangannya.

Ige mwoya?” tanya Kyuhyun pada dua lelaki itu. Yunho tersenyum pada Kyuhyun sejalan dengan Changmin yang menempatkan diri di dekat meja Yunho –ia terlihat seperti pembantu Yunho lama-lama.

“Misi baru,“ Yunho berkata sembari berjalan ke arah meja kerjanya, menyobek secarik kertas dari buku catatannya dan menyerahkan kertas itu pada Kyuhyun.

“Serahkan itu pada Nana, dia akan segera mengurusnya untukmu,” jelas Yunho lagi. Kyuhyun hanya diam sambil menatap kosong kertas itu.

“Bagaimana, Kyuhyun-ssi?” Menyerah pada pikirannya, Kyuhyun menengadah dan tersenyum tipis. Bibirnya bergerak seakan hendak bertanya tapi kemudian menutupnya lagi, namun akhirnya membukanya, “Yuri… akan menjadi partnerku?” Yunho tersenyum sambil mengangguk.

“Sudah berapa lama sejak terakhir kali kau memberiku misi di luar Korea,” ujar Kyuhyun menatap tajam –dan malas bosnya itu. “Dan Changmin akan ikut bersamamu, tepatnya.” Kyuhyun menghela nafas malas, berjalan keluar dari ruangan itu tanpa mengatakan sepatah kata. Sekitar lima langkah dari ruangan Yunho, ia berhenti, berkata pada dirinya sendiri, “Kau tak akan bisa menipuku lagi, Jung Yunho,” kemudian ia menyeringai.

Lelaki itu mengambil ponselnya kemudian menguhubungi seseorang –terlihat sedikit tergesa-gesa. Segera ia membuka mulut setelah panggilannya diterima. “Yuri-ah, eodigayo?”

Di rumah, Kyu, waeyo?”

“Aku perlu bertemu denganmu. Lagi.”

Untuk apa? Baru sekitar satu jam yang lalu kita terakhir bertemu.”

“Ada hal. Penting. Harus segera kubicarakan denganmu. Sangat penting.”

Baiklah, cepat datang.”

Ne.” Dan panggilan itu terputus.

***

“Halo lagi Yul,” Cho Kyuhyun langsung masuk begitu saja sesaat setelah Yuri membuka pintu tempat tinggalnya untuknya. Setelah melepas jaketnya, ia letakkan pantatnya di sofa apartemen Yuri dan berkata, “Jung Yunho memang bajingan.” Yuri membelalakkan matanya dan badannya yang terlalu terbentuk sebagai seorang wanita itu mundur sedikit, diam, tak tahu harus membalas apa pada manusia di depannya ini. Bukan, bukan karena Kyuhyun mengatai atasannya yang paling tinggi itu bajingan, tapi karena indera penglihatannya baru saja menyaksikan Cho Kyuhyun, lelaki yang sudah dikenalnya bertahun-tahun, memecahkan gelas minuman –yang entah bagaimana bisa berada dalam genggaman Kyuhyun– hanya dengan tangannya. Bukan juga karena ia tak pernah menyaksikan Kyuhyun melakukan tindakan keras seperti ini, bukan, tapi karena kali ini benar-benar berbeda –setidaknya itu yang Yuri rasakan.

“O-oh astaga, ya ampun Yul, maafkan aku, akan kuganti nanti hehehe,” lelaki itu berkata sambil sedikit tertawa, sedikit merasa bersalah juga sepertinya. Jarum detik di apartemen Yuri berdenting tepat di angka sembilan ketika seseorang membunyikan bel. Yuri mengerutkan kening –setelah akhirnya mampu menguasai keterkejutannya atas apa yang Kyuhyun perbuat. Kyuhyun hanya mengangkat bahu dan memberi isyarat pada wanita itu untuk membuka pintu. Ketika Yuri hanya tinggal beberapa langkah dari pintu, bel kembali berbunyi, kali ini wanita itu dapat mencium rasa ketidaksabaran tamunya.

“Iya-iya aku sedang ja–“ wanita itu kembali terkejut ketika mengetahui siapa tamunya. Tangannya ia letakkan di depan bibirnya yang tak dapat tertutup. Bahkan mungkin Yuri sudah lelah membelalakkan matanya hari ini.

“Jangan terkejut. Apakah ada Kyuhyun di dalam?” Wanita itu diam sebentar sambil menaikkan satu alisnya dan menatap Yuri,“ dari reaksimu dan dari apa yang tertangkap mataku, ya, dia juga di sini. Perfect then,” lanjut wanita itu cukup cepat sembari berjalan masuk.

“Siapa sih yang da–“ Cho Kyuhyun tiba-tiba menyadari sesuatu, seluruh badannya menegang. Keringat dingin meluncur terus menerus melalui wajahnya. Ia tidak hanya kenal suara yang baru saja berbicara pada Yuri. Bahkan mungkin Kyuhyun sudah tak dapat merasakan jantungnya sendiri ketika wanita itu berada tepat di depannya.

Kemudian hening. Untuk waktu yang  tidak sebentar.

Diam.

Benar-benar sunyi. Yuri masih berdiri terkejut di dekat pintu.

Lalu, yang menambah suasana di ruangan itu menjadi tambah menyeramkan, wanita itu tersenyum.

***

“Ya ampun. Do I look that creepy?” ujar wanita itu sedikit kesal.

Yuri dan Kyuhyun hanya mampu memandang wanita itu tak berkedip. Kemudian belum selesai keduanya berusaha melambatkan detak jantung, wanita itu sudah mengejutkan keduanya kembali seperti dunia tak akan berakhir besok.

Pertama ia memeluk Yuri sangat erat dan mencium pipinya.

Lalu ia mengecup bibir Kyuhyun dan tersenyum sangat tulus pada lelaki itu.

Kemudian ia kembali duduk dan berkata, “Aku sangat merindukan kalian.”

Choi Sooyoung merubah kembali raut wajahnya yang semula dingin, menjadi excited, kemudian serius, kemudian menjadi excited, kemudian marah –tentu saja hanya berpura-pura.

Oh come on, guys, talk,” ujarnya putus asa karena dua orang yang sangat dekat dengannya itu hanya diam membelalakkan mata.

Setelah beberapa saat berlalu, satu-satunya lelaki yang berada di situlah yang memulai percakapan. Kyuhyun.

“Kau.. benar-benar Choi Sooyoung?”

Sooyoung menghela nafas kesal. Wanita itu berjalan ke arah Kyuhyun, berdiri tepat di hadapannya, kemudian meletakkan dua lengannya yang terlalu kecil di lutut Kyuhyun hingga posisi kepalanya saat ini tepat di hadapan kepala Kyuhyun. Tersenyum malas untuk yang kesekian kali, wanita itu menjawab, “Tell me, who else can stare at you like I do right now, huh?”

Dan yang wanita itu dapat sebagai balasan hanyalah pelukan-sangat-rindu-dari-seorang-lelaki-yang-sangat-berarti-dalam-hidupmu.

“Oh Choi Sooyoung, aku sangat merindukanmu.”

Sooyoung hanya tersenyum bodoh dalam pelukan lelaki itu.

So, Choi Sooyoung, would you tell me why you are here, right at this time?” tanya Yuri kemudian. Wanita yang ditanya kembali tersenyum dan duduk kembali. Kemudian ia menceritakan apa yang tadi ia alami, tentang Jung Yunho, tentang Changmin yang menjadi pembantunya, dan tentang ingatannya.

***

“Sudah berapa lama sejak terakhir kali kita melakukan ini.”

Sooyoung, duduk dalam dekapan Kyuhyun, tersenyum kecil, tak membalas kata-kata lelaki itu. Ia letakkan kepalanya di pundak Kyuhyun. Ia hanya ingin terus seperti ini dengan lelaki itu.

“Kau tahu kau bisa mengatakannya padaku,” ujar Kyuhyun lagi dan membuat Sooyoung sedikit menjauhkan badannya dari Kyuhyun dan menatap lelaki itu sambil menaikkan satu alisnya.

Kyuhyun tersenyum sangat lembut dan kembali berkata, “Aku tahu ada yang mengganggumu saat ini. Katakanlah.” Sooyoung mengalihkan pandangannya, menumbukkan matanya pada gedung-gedung yang terlihat dari atas atap rumahnya.

“Tapi aku juga tidak memak–“

“Aku tidak menceritakanmu dan Yuri mengapa keparat itu ingin sekali membunuhku dan menyingkirkanku dari dunia kita ini.”

Kyuhyun hanya mengerutkan kening. Berusaha bertanya siapa yang Sooyoung maksud sebagai keparat namun tak keluar sepatah kata pun.

“Yunho… Oppa.”

Sooyoung kembali menoleh ke arah lelaki di sampingnya itu yang hanya mampu memberinya pandangan lanjutkan-aku-mendengarkanmu. Wanita itu tersenyum kecil sebelum melanjutkan.

“Kau masih ingat Victoria… Eonnie?” Kyuhyun mengangguk.

“Tidak, maksudku, mengapa dia mati… and some other shit that happened to her, you still remember, right?” Lelaki itu mengangguk kembali. Sooyoung meletakkan kepalanya di atas kaki Kyuhyun sebagai bantalan. Pandangannya tidak tertuju pada wajah kekasihnya, namun pada langit malam yang seperti memberinya paksaan untuk menceritakan semua yang telah terjadi padanya selama ini.

Kemudian, wanita itu mulai berkata.

***

Saat itu hari Jumat, 1 Februari 2013

Tengah malam

“Saengil chukha hamnida

Saengil chukha hamnida

Saranghaeyo Victoria

Saengil chukha hamnida!”

Ucapan selamat ulang tahun kepada seorang senior wanita menggemuruh begitu saja setelah mereka selesai bernyanyi. Choi Sooyoung, berdiri di pojok ruangan, melihatnya penuh senyum. Seorang lelaki yang tampak bugar datang dan mengecup kecil bibir wanita yang sedang menjadi pusat perhatian saat itu. Sooyoung membaca gerak bibir Changmin –lelaki tadi, “Saengil chukha, chagiya,” setidaknya itu yang dapat ia tangkap, kemudian wanita itu tersenyum lagi. Merasa senang melihat partner setimnya saat ini. Untuk sepersekian detik pandangannya terkunci dengan Victoria. Keduanya sama-sama tersenyum. Dan tetap dari jarak yang cukup jauh, Victoria berkata tanpa suara, “Kau siap?’’ Sooyoung hanya membalasnya dengan anggukan.

Sooyoung baru saja akan pergi dari ruangan itu saat Yunho naik ke atas meja dan berteriak pada seluruh bawahannya agar kembali pada pekerjaan –yang tentunya, hanya mendapat balasan gelengan kepala malas dari para bawahannya. “Strict dickhead,” gerutu Sooyoung pada dirinya sendiri.   Kemudian, ia hanya turut menggeleng dan tersenyum remeh.

Choi Sooyoung membalikkan badannya dan, “OH MY F-IN GOD!” Kyuhyun tepat di belakangnya. Tersenyum seperti idiot dan meletakkan tangannya yang lembek-tapi-sudah-lumayan-berotot di pundak Sooyoung.

“YOU SCARED ME!” desisnya pada Kyuhyun, berusaha tak menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka. Lelaki itu hanya tersenyum kembali.

“What?” tanya Sooyoung sambil berjalan keluar dari ruangan itu.

“Nothing, I just… I miss you so much, Sooyoung-ah.” Sooyoung tertawa cukup keras sambil memukul pelan lengan lelaki itu.

“You –hahaha, oh God, please just do not use English, your pron –hahaha, I’m sorry, your pronounciation is really terrible,” ujar Sooyoung menekankan kata ‘really’ dan ‘terrible’ sambil berusaha sekuat tenaga untuk tak tertawa terlalu keras.

Sooyoung menghentikan langkahnya ketika ia rasa tak ada lagi langkah yang menyamainya. Ia membalikkan badan, hanya bagian atas badannya, dan menemukan Kyuhyun terdiam beberapa langkah di belakangnya sambil memandangnya penuh arti. Wanita itu kembali pada Kyuhyun, kini ia yang meletakkan tangannya pada bahu Kyuhyun dan bertanya, “Hey, ada apa?”

Kyuhyun menggeleng sambil mengangkat bahu. “Aku… hanya merasa sedikit tidak enak, seperti, sesuatu yang buruk akan terjadi –dan ya, aku tahu kau sangat tak menyukai hal seperti ini, tapi kali ini benar-benar membuatku tidak nyaman, Sooyoung-ah.”

Wanita itu menghela nafas, memasukkan tangannya ke dalam saku jaket kulit yang sekarang ia kenakan, “Kumohon jangan memberitahukan apapun pada Changmin. Aku tahu ini illegal–“

“Jika kau tahu ini illegal mengapa kau tetap melakukannya hanya dengan Victoria Sunbae? Kau tahu aku bisa membantumu,” sela Kyuhyun cepat dan hampir tak bersuara.

Wanita itu hanya diam dan menggeleng pelan. Kyuhyun mengusap keringat yang sedikit tampak pada dahi wanita itu dan kembali berkata, “Aku hanya tidak ingin kehilanganmu.”

Sooyoung menarik satu ujung bibirnya, “Semua akan baik-baik saja. Victoria akan baik-baik saja. Aku juga akan baik-baik saja. Janji.”

Kyuhyun menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Erat. Sangat erat.

“Perhatikan tiap langkahmu, Sooyoung-ah,” Sooyoung mengangguk, melepaskan diri dari pelukan Kyuhyun, berjalan mundur, dan perlahan membalikkan badan sambil tersenyum pada lelaki itu.

***

“Tidak-tidak, sungguh. Ada hal yang harus kuselesaikan. Ya, ya. Mengenai misiku sebelumnya. Bukan, ya, ya, yang hanya aku dan Sooyoung yang Yunho tugaskan. Ya, tidak bersamamu, dan tidak bersama Sooyoung juga, aku pergi sendiri,” Sooyoung hanya tertawa remeh mendengar wanita di sebelahnya itu terus-terusan melihat ke arahnya dengan tatapan kesal karena Sooyoung hanya duduk diam tanpa membantunya sedikitpun.

“Ah, yeap, nado saranghaeyo. Bye-bye.” Victoria melihat ke arahnya dan menghela nafas lega. Kemudian wanita itu membenarkan letak duduknya dan meletakkan kedua tangannya di kemudi.

“Setidaknya berilah aku satu ide untuk mengelabuinya,” ujar Victoria lagi dengan nada sedikit dibuat kesal.

Sooyoung terkekeh, “Jika aku berbicara, meskipun itu memberimu ide, meskipun aku memberitahumu dengan volume suaraku yang terkecil, dia tetap akan mengetahuinya. Apa hasilnya? Dia akan tahu kita pergi bersama.”

Victoria hanya menggerutu malas.

Dan mobil itu mendadak menjadi hening.

“Aku sangat senang bisa menjalankan misi ini bersama Sunbaenim,” ujar Sooyoung lagi sambil menyalakan radio. Victoria mengalihkan pandangan ke arahnya cepat dan kembali mengarah ke jalanan.

Sambil mempertahankan senyumnya ia membalas, “Nado, Sooyoung-ah. Kau itu salah satu pembunuh terhebat dalam organisasi kita.” Sooyoung tersenyum mendengarnya.

Kedua wanita itu tak mengeluarkan suara lagi hingga Sooyoung memecah keheningan. “Eonnie… Ini pertama kalinya aku melakukan misi illegal,” katanya sembari memainkan jemarinya yang kurus. Sooyoung dapat mendengar helaan nafas berat Victoria untuk yang kedua kalinya. Lebih terdengar seperti helaan nafas lelah dan putus asa. Namun secepat kilat Victoria kembali bersemangat dan ceria.

“Aku akan membantumu, Sooyoung-ah,” Victoria berkata. Dan hanya selang beberapa menit, kedua wanita itu sampai di tempat yang mereka tuju.

Keduanya keluar dari mobil dan berjalan perlahan sambil memperhatikan sekeliling ke dalam gedung bekas yang menjulang tinggi di hadapan mereka. Victoria baru saja membalikkan badan ketika Sooyoung melihat seorang lelaki hendak memukul seniornya itu dari belakang. “Eonnie!” teriaknya cukup keras. Dan beruntung Victoria mampu membalikkan badannya kembali lebih cepat daripada apa yang akan lelaki itu lakukan padanya dan menghindar. Ia menghantam perut lelaki itu cukup keras hingga ia terjatuh dan tak sadarkan diri. Kemudian wanita itu memberi isyarat agar Sooyoung berjalan mendahuluinya sementara ia akan menjaga di belakangnya.

Sooyoung mendengar langkah kaki dua-tiga lelaki mengarah kepadanya dan Victoria. Dan dengan cepat ia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, menyuruh Victoria untuk diam. Keduanya mengeluarkan pistol bersamaan. “Rrrraaahh!!” Sooyoung membalikkan badannnya cepat dan hampir saja menembak lelaki yang berlari dari arah belakangnya itu ketika merasakan sebuah pukulan tepat di punggungnya. Ia tersungkur beberapa detik, pistolnya terlempar jauh, Sooyoung berdiri kembali dan berlari ke daerah yang terkena lampu, menarik mangsanya agar ia dapat melihat wujudnya. Dari situ ia masih dapat mendengar Victoria juga mempertahankan diri dari satu keparat lain.

Ia menarik pisau yang ada di pergelangan kakinya dan menyerang lelaki besar yang telah dapat ia lihat wajahnya. Besar, dengan kulit sedikit gelap, bekas luka berbentuk bulan sabit di bawah matanya, dan sebuah luka jahit di dagu. Serangan Sooyoung hanya mengenai lengan lelaki itu. Ia hendak menyerang lelaki itu kembali. Namun gagal. Tangannya berhasil ditahan oleh tangan besar lelaki itu. Sooyoung masih sangat kuat menahan kekuatan lelaki itu. Ketika ia mendengar suara hantaman yang sangat keras dari arah depannya. Dan ia tahu itu bukan sebuah pertanda yang bagus.

Wanita itu mengumpulkan kekuatan dan berhasil melepaskan diri. Kali ini ia berlari ke dalam, mengelabui musuhnya. Kembali ia merasakan sebuah pukulan, kali ini di perut.

“Kau bodoh. Sekarang aku tahu di mana posisimu,” ujarnya pada lelaki itu.

Ketika ia hendak menahan pukulan lelaki itu pada pelipisnya, sebuah pukulan lain menghantam punggungnya, lagi. Dari lelaki yang lain. Dan kali ini wanita itu benar-benar tersungkur.

***

Choi Sooyoung terbangun ketika ia merasakan tubuhnya basah. Ia merasakan perih yang teramat ketika air ditumpahkan ke tubuhnya. Ia menggerakkan badan. Gagal. Matanya dipaksa terbuka oleh cahaya matahari yang tampaknya datang dari sebuah jendela kecil di bagian atas dinding yang langsung mengarah padanya, Sooyoung membuka mata perlahan, setelah rodhopin matanya terbentuk, ia dapat melihat jelas, Victoria di seberangnya, terikat dengan posisi terduduk di lantai. Sama sepertinya.

Ia tak mendapati orang yang tadi menyiramnya. Mungkin langsung pergi, pikirnya. Sooyoung menggerakkan bibirnya namun hanya kata-kata tak jelas yang keluar. Kemudian ia tersadar ada sebuah kain di mulutnya, menahannya untuk berbicara. Ia menumbukkan pandangannya pada Victoria lagi, dan tersenyum ketika melihat wanita itu sudah tersadar. Victoria terlihat berantakan. Darah kering terlihat di dahi dan bibirnya. Mata kanannya lebam dan kulitnya pucat. Namun ia tetap berusaha tersenyum pada Sooyoung.

Senyum itu hanya berlangsung sekitar satu-dua detik. Hilang sangat cepat tepat setelah Victoria mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang baru saja terbuka. Wajahnya benar-benar terkejut dan marah.

Sooyoung baru saja akan menoleh, melihat apa yang Victoria lihat, ketika lelaki yang masuk tadi sudah berada di sampingnya. Langkahnya benar-benar tak terdengar.

Raut wajahnya berubah sama seperti Victoria. Badannya tiba-tiba kaku dan ia tak tahu harus berbuat apa. Lelaki itu hanya tersenyum licik, kemudian melanjutkan langkahnya.

Kali ini, tepat di hadapan Victoria, ia berhenti.

Sooyoung hanya mampu terdiam, badannya berkeringat dingin dan bergetar, melihat apa yang Yunho lakukan selanjutnya pada Victoria.

***

Victoria berteriak entah untuk yang keberapa kali sementara Jung Yunho melucuti celananya. Wanita itu kembali berteriak dan memandang Sooyoung. Sebuah pandangan keputusasaan. Yunho menoleh untuk sesaat pada Sooyoung dan tertawa mencibir.

“EEEERGHHH!!!” Teriak Sooyoung saat ia melihat apa yang lelaki itu lakukan pada Victoria. Ia tak mampu bergerak. Badannya terikat terlalu kencang. Ia benar-benar tak bisa bergerak. Perasaan bersalah mulai memenuhi jiwa Sooyoung ketika pendengarannya menangkap erangan-erangan kemarahan dan keputusasaan dari Victoria. Wanita itu menangis. Ia tak pernah mengalihkan pandangan matanya dari Sooyoung, yang tak mampu berbuat apa-apa selain diam, berusaha berteriak namun sia-sia, dan terpaksa menimbun perasaan bersalah dalam hatinya.

Satu tetes air mata jatuh dari mata kiri Victoria ketika Yunho berdiri, membenarkan kembali celananya, dan berjalan menghampiri Sooyoung. Wanita itu terdiam. Ia bahkan sudah tak peduli lagi jika Yunho juga akan merebut keperawanannya. Tapi tidak.

Yunho melepas kain yang mengikat mulut adiknya itu dan kebali tertawa mencibir. Setelah mengusap darah di bibir Sooyoung, lelaki itu mengeluarkan pistol dari saku jaketnya. Mengarahkan mulut pistol itu tepat pada dada Sooyoung sementara wanita itu mengarahkan pandangannya pada Victoria. Ia tak dapat menangkap raut wajah Victoria. Mungkin putus asa, atau marah. Ia benar-benar tak tahu.

“Lihat aku,” ujar Yunho memerintah. Mata wanita itu tetap tertuju pada Victoria hingga Yunho memutar pistolnya tepat di depan mata Sooyoung. Kali ini ia menatap Yunho, tepat di matanya. Seperti bertanya ‘Apa maksudnya ini?’ dalam diam.

Yunho melepas ikatan pada tubuh Sooyoung, menarik tangan pergelangan wanita itu dan meletakkan pistol di tangan Sooyoung, menyuruhnya menggenggamnya.

Secepat kilat Choi Sooyoung menarik pelatuk, namun tak ada peluru yang keluar. Dan secepat itu pula Yunho menahan pergelangan tangan wanita itu, mengarahkannya pada Victoria. Lelaki itu tertawa dan berkata, “Aku tahu kau akan melakukan itu, Choi.”

Sooyoung hanya diam.

“Bunuh dia,” perintah Yunho lagi. Sooyoung membelalakkan mata. Menatap lelaki itu penuh amarah. Genggaman tangan Yunho begitu kuat hingga Sooyoung tak mampu mengganti arah pistolnya.

“Bunuh dia, Choi Sooyoung. Bunuh!”

Sooyoung menggeleng. Kali ini membuat wajah Yunho memerah marah.

“Tidak akan! Sajangnim, kaulah yang bersalah,” ujarnya sambil menggertakkan gigi pada lelaki itu.

Yunho memiringkan kepalanya sekitar 25 derajat, “Oh? Kau mulai berani menentangku rupanya.”

Ia merebut kembali pistol di tangan Sooyoung dan berteriak memanggil seorang lelaki –Taewoo, dan memberinya isyarat untuk menahan Sooyoung.

“Andwe! Andwe Sajangnim, andwe!” Yunho mengambil sebuah potongan kayu di ruangan itu dan mulai menghantamkannya pada kepala Victoria.

“JANGAN LAKUKAN ITU PADANYA, SAJANGNIM!”

Lelaki itu tertawa licik dan berteriak pada Sooyoung, “You don’t have any rights to yell at me! Bastard!”

Yunho berhenti ketika Victoria terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Nafas lelaki itu terengah-engah, kaki dan tangannya terkena darah Victoria. Wanita itu, Victoria, bahkan sudah tak tahu lagi caranya berteriak. Matanya yang masih terbuka mengeluarkan air mata. Lagi dan lagi. Seperti tak pernah ada perintah untuk menjatuhkan air mata itu, seperti air mata itu keluar dengan sendirinya, seperti air mata itu mengetahui situasi yang saat ini sedang terjadi, dan ia keluar begitu saja. Bukan air mata kesedihan.

“Kumohon, aku tidak bisa membunuhnya…” Sooyoung melemahkan perlawanannya pada Taewoo yang menahan tubuhnya agar ia tak mampu bergerak. Wanita itu menunduk, tak mampu lagi melihat Victoria diperlakukan seperti itu di hadapannya sementara ia tak mampu berbuat apa-apa.

“You deserved it, Choi.”

Sooyoung mulai mampu mengontrol emosinya dan berkata sedikit keras, “She’s my partner, Sajangnim. How can I kill her just like that?!”

“Dan dia tidak membuat kesalahan apapun,” lanjutnya.

Jung Yunho sama sekali tak menggubris Sooyoung, mencibir lagi pada wanita itu, ia hanya memberinya perintah, “Tarik pelatukmu dan tembakkan tepat ke jantungnya.

Apa susahnya sih?” tanyanya retoris sebelum Sooyoung menjawab.

“AARRGHH! JUST KILL HER CHOI SOOYOUNG!!!”

“No. I will never kill her.” Kalimat itu seperti sebuah kekuatan bagi Sooyoung. Wanita itu menghantamkan kepalanya pada kepala Taewoo, ia membalikkan badannya cepat dan memberikan kepalan tangannya yang keras tepat pada pelipis lelaki itu.

Sooyoung baru saja akan menghabisi lelaki itu dengan melumpuhkan titik aliran darahnya dan membalikkan badannya lagi untuk menyelamatkan Victoria, ketika ia mendengar sebuah peluru ditembakkan.

Dan Choi Sooyoung terdiam.

***

“Kupikir aku memang terlalu lemah saat itu hingga tak mampu menyelamatkannya, Kyuhyun-ah.”

Kyuhyun menarik Sooyoung ke dalam pelukannya. Diusapnya rambut wanita itu dan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Beberapa saat berlalu hingga akhirnya ia merasakan sebuah tetesan air jatuh pada bahunya. Kyuhyun mengeratkan pelukannya pada wanita itu dan mengecup puncak kepalanya.

Keduanya tetap bertahan dalam posisi itu hingga beberapa menit. Sooyoung menjauhkan badannya dan menatap Kyuhyun tepat di matanya, kemudian berkata, “Ia melakukan itu semua untuk membalas dendam atas apa yang Appaku dan Appa Victoria Eonnie telah lakukan padanya.”

“Dan Eommanya,” lanjut Sooyoung ketika Kyuhyun menaikkan satu alisnya, “Dendam?”

Sooyoung mengangguk, membenarkan letak duduknya, dan berkata lagi, “Appaku dan Appa Victoria Eonnie,” Sooyoung berhenti sejenak, menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dan melanjutkan, “membunuh Eommanya.”

TBC

Author’s note: Haaaiii xD Wah lama banget ya saya ngga ngepost lanjutannya ini. Bersalah jadinya, maaaafff banget yaaa baru bisa update sekarang. School really stressed me out these past months, bentar lagi mau ujian praktek jugaa T.T but no worry, the next chapter is half-written and this story is gong to end soon so yeah I’m kinda happy bcs I won’t have to make you guys wait for such a long time again xD.

Btw, gimana part ini?hihi. Udah mulai ketauan kan rahasia-rahasia di balik kenapa Yunho benci banget sama Eonnie kita yang mahadewi cantiknyaaa xD

Anyway… Please dont call me cengeng but I cry everytime I listen to Jessica’s part in Forever T.T Tetep jadi SONE yaaa, jangan benci SNSD, because WE ARE 9 FOREVER

🙂

42 thoughts on “A Game of Power [Five: Return of Memories]”

  1. Ya ampunn yunho sadiss bngt sumpah, changmin jga
    Gmna ya reaksi changmin kalo tau vicky dibunuh yunho..
    Yeaayy kyuyoung udh bsa berangan lagi
    Ditunggu next.a, jngn lama” yaa

  2. God!!!
    Yunho sadis banget, ternyata dia yg perkosa sama bunuh vic.
    Dan changmin udah salahsangka malah nuduh sooyoung kalo dia yang bunuh vic..
    Demiiii ini seru bangeeet!!!
    Lanjut chinguuuu!

  3. Annyeong,
    wow, ini ff cerdas dgn alur yg runtut, mmbuat nyaman pembacanya, keren thor-nim. Dtunggu klanjutannya. Dan, mengenai jessica, tntu menyakitkan bagi semua, GG is 9, altrough just 8 on the stage, yeongwohnnie.

  4. Daebak
    Jadi karna itu toh yunho benci sma sooyoung. Tapi changminnya salah paham ya sma soo
    Trus apa rencana yunho selanjutnya
    Nextnya cpt ne 🙂

  5. aigo ribet, tapi bikin penasaraan..
    ditunggu lanjutannya…

    ff yg the androgynies ditunggu juga lanjutannya 🙂

  6. ya ampun yunho kejamnyaaa..
    kasian vict.. trus syoo mau d gmn in.. 😥
    penasaran…

    ecieh kyuyoung.. hahay..

    daebak.. Next

  7. Jadi soo eonni berteriak saat tidur di apartemennya kyu oppa itu, karena harus membunuh victoria eonni .. Yunho oppa mau balas dendam karena appa soo dan appanya vic eonni ngebunuh eommanya .. Penasaran sama next partnya, di tunggu yah thor .. 🙂

  8. Ya ampun gila yunho nya luar biasa sadis disini -__-
    syukur syo nya nggak sampe ikutan di bunuh..
    Kyu harus selalu ngelindungin syo, nih!

  9. ah.. jadi gitu ceritanya.. udah agak kebongkar nih..
    apa alasan appa soo eon dan victoria membunuh eommanya yunho? sadis banget yunho.
    hwaa.. semakin menarik.. ayo lanjut thor.. penasaran sekali, semangat buat nulisnya..

Leave a reply to nadasooyoungstersoneelf Cancel reply