Pastel Pistol: Blue Curacao

pastelpistol

A comeback story by Soshinism

—–

Rating: PG 15

Genre: Romance, Psychological

Cast: Cho Kyuhyun. Choi Sooyoung. Choi Siwon. Shim Changmin.

—–

— I present to you the best from me—

Desember, 1997

Matahari bersinar cukup terang meskipun saat itu sedang musim dingin. Atap rumah-rumah semakin menebal dengan salju putih dan jalanan perlu beberapa kali sehari dikeruk dari kumpulan salju sehingga tidak menyulitkan pengguna jalan. Di sebuah lapangan bermain yang juga tertutup salju di pucuk-pucuk alat permainannya, nampak lelaki kecil yang mengenakan beanie coklat tua dan ia bermain seorang diri. Ia ayunkan dirinya pada ayunan yang didudukinya, ke depan-ke belakang, dan tiap ayunannya ia hitung, satu-dua kali senyumnya merekah sempurna bagai tak mempedulikan kesendiriannya.

“Kyuhyun-ah!” teriak seseorang dari balik badannya saat hitungan ayunannya mencapai angka lima belas. Senyumnya kembali merekah saat mendengar suara orang tersebut dan kepalanya menengok ke belakang. Ia mengisyaratkan seseorang yang memanggilnya itu untuk datang padanya. Saat telah sampai, keduanya mulai bermain bersama. Ketika Kyuhyun mengayun ke depan, seseorang itu mengayun ke arah sebaliknya. Terus begitu dalam keheningan, hanya ada suara ayunan yang berderit dan kebahagiaan mereka dalam diam.

“Sooyoung-ah, jika kita sudah besar nanti, maukah kau tetap menemaniku bermain di sini?” tanyanya dengan nada yang sangat riang. Sementara yang dipanggil Sooyoung tersebut mengangguk penuh semangat, dan menarik kedua ujung bibirnya hingga giginya terlihat, kemudian mengucap, “eoh, ne, Kyuhyun-ah.”

Dan keduanya kembali tertawa bersama sebelum Kyuhyun merubah ekspresinya menjadi sebuah ekspresi sedih. Kakinya ia hentakkan pada tanah dengan kesal dan bibirnya membentuk sebuah lengkungan ke bawah, “Keunde, Sooyoung-ah…” ujarnya. Sooyoung menampakkan raut bertanya namun tidak mengeluarkan sepatah kata sampai Kyuhyun kembali berkata dengan suara anak-anaknya.

Appa berkata akan membawaku pergi dari sini. Jauh sekali dari sini dan ia berkata kita tidak akan pernah bertemu lagi,” ujarnya. Sooyoung menaikkan kedua alisnya dan membalas, “mwo? Wae?”

Mollaseo, Sooyoung-ah,” kali ini Kyuhyun melihat tepat pada kedua mata besar Sooyoung kemudian tersenyum sangat tulus, “meskipun begitu, kita harus bertemu lagi nanti, algesseo Sooyoung-ah?” Sooyoung mengangguk dan membalas teman kecilnya itu dengan senyuman manis.

“Choi Sooyoung!” tiba-tiba sebuah suara lain kembali terdengar tidak terlalu jauh dari taman, kali ini sebuah suara wanita dewasa, dan beberapa saat kemudian langkah kaki wanita itu terdengar mendekat dengan menghentak-hentak. Sesampainya di hadapan kedua anak kecil itu, ia menghembuskan napas sedikit kasar. Dilihatnya si perempuan kecil yang masih berada di ayunan dan Kyuhyun yang telah berdiri.

Dengan tegas ia meraih tangan kecil Sooyoung dan menariknya sambil berkata, “Kajja,” meninggalkan Kyuhyun kembali seorang diri di taman itu, yang tak mengerti mengapa wanita itu mengubah sikap seratus delapan puluh derajat padanya. Sooyoung menengok ke belakang dan melambaikan tangannya dengan lunglai, kemudian tersenyum pada Kyuhyun.

Eomma, waegurae?” tanya Sooyoung pada wanita yang menariknya tadi sesampainya mereka di halaman rumah. Sang wanita yang ditanya berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Sooyoung, kemudian berkata, “mulai sekarang, jangan pernah bermain dengan Kyuhyun lagi. Arraseo?”

Wae, Eomma?”

Kembali wanita itu menghembuskan napas berat, tersenyum kecil dan mengusap rambut putrinya, namun tidak menjawab pertanyaan yang Sooyoung lontarkan. Tidak pernah sekalipun menjawabnya.

***

Juni, 2017

Malam berlalu di rumah sakit seperti hari-hari biasanya, kecuali untuk Sooyoung. Dokter ahli bedah tersebut memutuskan untuk menikmati angin malam di rooftop rumah sakit. Sudah beberapa hari ini ia cukup sering menginjakkan kaki di sana, tenang dan sunyi, menurutnya. Kali ini rambut coklat mudanya ia biarkan tergerai, sambil menyesap Macchiato kesukaannya beberapa kali, ia mencoba mengingat suatu hal. Memori masa lalunya. Sooyoung tersenyum kecil saat mengingat masa kecilnya yang sudah berpuluh tahun berlalu. Air matanya yang muncul tanpa persetujuannya ketika seorang yang bernama Cho Kyuhyun mengatakan rindu padanya itu sudah hilang.

Namun, cukup sampai di situ memorinya tercatat di otaknya. Cukup sampai ketika Kyuhyun dan dirinya bermain di taman kesukaan mereka untuk terakhir kalinya. Dan sekeras apapun ia mencoba untuk mengingat memorinya setelah itu, memori itu tidak pernah menunjukkan jati dirinya. Senyumnya kembali merekah ketika kali ini sebuah kalimat melintas di pikirannya.

“Sooyoung-ah, jika kita sudah besar nanti, maukah kau tetap menemaniku bermain di sini?”

“Kesalahanmu adalah membiarkannya mati begitu saja,” di tengah senyumnya kalimat itu tiba-tiba berkelebat dalam ingatan Sooyoung. Sepersekian detik kemudian ia tersadar. Dan ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa maksud dari semua ini? Kalimat-kalimat yang berputar di otaknya, bayangan-bayangan yang menghampirinya bahkan saat tidur?

Andwe, Ahjusshi!” lagi dan lagi sebuah bayangan seseorang yang tidak asing baginya sedang menghantam habis-habisan ayahnya tanpa ampun. Dan seketika itu kepalanya terasa berat dan pusing, wanita itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tidak berhenti. Sooyoung bergegas meninggalkan rooftop dengan langkah terseok dan menuju ruang dokter terdekat.

Psychiatrist

Choi Si Won

Begitu yang tertulis pada papan di samping pintu ruangan terdekat itu. Langkahnya ia percepat dan saat tangannya menyentuh meja kerja sang pemilik ruangan, buru-buru ia mencari sekantong plastik dan digunakannya untuk menghirup udara, mengatur napasnya yang tidak teratur. Dan setelah beberapa saat napasnya kembali teratur. Wanita itu mengistirahatkan badannya sebentar pada kursi yang ada, saat si pemilik ruangan datang.

“Eoh? Sooyoung-ah? Wae?” tanyanya dengan suara dalam yang sangat khas.

Sooyoung memandangnya dan tertawa kecil melihat raut wajah lelaki itu. Siwon balas tertawa padanya dan meletakkan beberapa berkas pasien miliknya di meja kerjanya. “Wae? Keluarga pasien yang kau operasi protes lagi? Atau kau baru saja operasi seharian?” Siwon menaikkan salah satu alisnya dan memajukan bibir ketika Sooyoung masih terdiam.

“Ah, wae, Sooyoung-ah? Eommoni kembali menyuruhmu untuk menikah? Kan sudah kubilang menikahlah denganku. Tidak mau? Lalu mau menikah dengan sia–“

Kalimat-kalimat Siwon terputus ketika Sooyoung mengangkat ke udara kantong plastik bening yang digunakannya barusan. Raut wajah Siwon yang awalnya penuh candaan berubah khawatir dengan cepat. “Lagi?” tanyanya pada wanita itu. Sementara yang ditanya hanya mengangguk pelan sambil kembali tertawa kecil.

Lelaki itu kemudian berlutut di hadapan Sooyoung yang masih duduk di kursi kerjanya, dan menatapnya dalam, “Malam ini istirahat saja di ruanganku, jika nanti ada yang membutuhkanmu akan kukatakan untuk memanggil dokter bedah yang lain dan–“

Mwoya, Oppa? Hei, aku tidak selemah itu. Nan gwenchana, gwenchana,” saat itu Sooyoung berdiri namun tubuhnya ditarik oleh Siwon dan mengisyaratkan pada wanita itu untuk tetap tinggal dengan tatapan matanya yang tajam.

Anni. Stay here, don’t go anywhere, just sleep for a couple hours,” ujar Siwon dengan tegas. Sooyoung tersenyum melihat lelaki yang begitu dekat dengannya itu kemudian hanya mengangguk dan membalas, “arraseo, arraseo.”

Diambilnya selimut yang biasa digunakannya ketika sedang mendapat shift malam dan memakaikannnya pada Sooyoung. “Jalja, Sooyoung-ah. Kutemani sampai kau tidur,” ujarnya sambil menepuk-nepuk pelan punggung tangan wanita itu yang ia genggam. Sebentar kemudian Sooyoung sudah melanglang ke dalam dunia tidurnya. Dan lelaki itu hanya tersenyum memandang wajah wanita yang telah bertahun-tahun bersamanya itu.

***

Jam dinding pada ruangan berhiaskan wallpaper plain abu-abu itu menunjukkan pukul 01.25 dini hari. Cahaya redup datang dari luar jendela yang tak tertutup, dan sebuah cahaya terang lain dari laptop Kyuhyun yang menyala. Sementara lelaki pemiik ruangan, laptop, beserta seisi ruangan itu berbaring pada sofa panjang di sebelah meja kopi tempat laptopnya ia letakkan. Pandangannya kosong dan lurus ke langit-langit ruangan. Satu tangannya ia gunakan untuk menahan kepalanya dan tangannya yang lain diletakkan pada dadanya, naik-turun seirama dengan hembusan napasnya.

Kling.

Sebuah suara notifikasi yang datang dari laptop menyadarkannya dari lamunan dini harinya. Seketika itu ia tegakkan tubuhnya dan kali ini mata serta pikirannya terfokus pada apa yang dibacanya di layar laptop tersebut. “Personal Information. Name Choi Sooyoung…” ujarnya pelan, kemudian selanjutnya ia hanya bergumam, dan perlahan bibirnya yang bergerak namun tak bersuara.


Personal Information

Name              : Choi Soo Young

DOB                 : February 10, 1990

Age                  : 27

Occupation    : Surgeon

Parents           :

   -Father: Choi Jungnam (Deceased)

   -Mother: Moon Sohee (Deceased)

Dan cukup sampai situ ia berhenti membacanya. Kyuhyun mendangakkan kepalanya dan memangku tangan untuk menahan beban. Matanya terpejam dan ia menghela napas berat. Sekali lagi dibacanya data itu dan sejak itu pula ia tahu, dokter itu, dokter yang bernama Choi Sooyoung itu benar-benar Choi Sooyoung. Choi Sooyoung teman kecilnya. Choi Sooyoung-nya.

Lelaki itu melepas armsling yang digunakannya. Raut wajahnya berubah datar dan matanya hanya menatap pada satu titik, tanda ketika Kyuhyun sedang membuat keputusan. Dan saat keputusannya sudah bulat, ia meraih smartphone miliknya. Kemudian mengetikkan beberapa kata, dan setelah kembali berpikir dalam-dalam, satu kali ia menekan pada layar gadget kemudian pesan yang diketiknya itu terkirim.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan saat Kyuhyun menunggu pesan tersebut dibalas. Untuk sesaat terpikir olehnya untuk menelepon nomor sang wanita yang ada dalam data tersebut, namun ia urungkan niat itu mengingat reaksi Sooyoung saat bertemunya tadi. Dan ini adalah hal lain yang sedang membuat hati dan pikiran Kyuhyun serasa berputar-putar. Reaksi yang ia dapatkan dari wanita itu tidak seperti yang ia bayangkan. Sooyoung terlihat takut untuk mendekat padanya dan menghindarinya.

Ia tertawa dalam keheningan malam itu, menertawai dirinya yang mengharap balasan dari sahabat kecilnya yang sudah bertahun-tahun terpisah darinya, pada dini hari yang ia tahu saatnya manusia untuk beristirahat.

Saat jam menunjukkan pukul dua dini hari tepat, ia bergumam pada diri sendiri, “Geurae. Tunggu sampai esok hari, ne, Sooyoung-ah?” kemudian tubuhnya terlelap, masih di sofa yang sama.

***

Esok harinya, saat matahari mulai turun dari atas kepala persis, Kyuhyun sedang kesusahan mengenakan pakaian termudah yang akan ia kenakan, suara sebuah mobil yang sampai di depan rumahnya. Lamat-lamat terdengar password pintu rumah itu terbuka dan langkah kaki mendekat ke ruangannya. Pintu ruangan itu kemudian terbuka dan Changmin menunjukkan batang hidungnya. Lelaki itu kemudian membungkuk pada Kyuhyun kemudian berucap, “Mobil sudah siap, Kyuhyun-ssi.”

“Eoh, tunggu di mobil dan aku akan segera ke sana,” balas lelaki itu sambil merapihkan pakaiannya untuk terakhir kali dan yang diajak bicara langsung menurut.

Setelah dirasa cukup, Kyuhyun kemudian bergegas dan masuk ke dalam mobil menyusul Changmin yang sudah mendahuluinya. Changmin mulai melajukan mobil dan perjalanan berlangsung dalam diam lagi, seperti biasa. Atasannya itu memang tidak terlalu suka banyak berbincang dan ia sudah hafal mengenai hal itu. Sementara Kyuhyun berulang kali melihat ponselnya, tetap tidak ada balasan dari pesannya yang semalam.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah cukup besar dan mewah yang berada di kawasan perumahan elit. Jantungnya mendadak berdebar ketika Changmin mengatakan pada dirinya bahwa mereka sudah mencapai tujuan. “Pulanglah, tidak perlu menjemputku,” ujarnya pada Changmin. Lelaki itu sedikit terkejut akan kata-kata yang diucapkan Kyuhyun, “tapi, Kyuhyun-ssi, kau tidak bisa menyetir. Bagai–“

“Sudah, gampang. Pulanglah,” ujar Kyuhyun lagi kembali meyakinkan sekretarisnya itu. Dan setelah itu ia keluar dari mobil, kemudian berdiri di hadapan sebuah pagar rumah bercat putih tulang elegan. Dan setelah itu Changmin meninggalkannya.

Untuk beberapa saat ia ragu, jemarinya sudah berada beberapa sentimeter saja dari bel rumah namun hatinya sedikit menolak. Saat ia hendak menekan bel itu, seseorang memanggil namanya. Seorang wanita.

“Cho Kyuhyun,” Kyuhyun menengok ke arah kirinya dan wanita yang memanggilnya itu adalah wanita yang dicarinya, Sooyoung. Lelaki itu tersenyum tulus dan melangkahkan kakinya menuju Sooyoung, saat Sooyoung kemudian malah melangkah mundur. Satu langkah lagi dan Sooyoung kali ini berbalik arah dan berjalan cepat meninggalkan Kyuhyun.

“Sooyoung-ah!” teriaknya namun wanita itu masih tidak berhenti.

“Sooyoung-ah! Mengapa kau menghindariku?” ujar Kyuhyun setengah berteriak untuk yang kedua kali pada wanita itu. Dan saat itu pula Sooyoung menghentikan langkahnya.

***

Changmin menginjak pedal gas dan menambah laju mobil yang baru saja digunakannya untuk mengantar bosnya, saat sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Ia melirik nama yang muncul pada layar ponselnya, dan mengerutkan kening. Ada apa lagi menelepon?, ujarnya dalam hati. Buru-buru dipasangnya bluetooth earpiece pada telinga kanannya dan dengan sedikit keraguan dalam hati, ia angkat panggilan tersebut.

Yeoboseyo,” ujar lelaki muda itu dengan sopan.

Eoh, Changmin-ah. Kau sedang apa?” balas suara di seberang. Sebuah suara berat yang sudah bertahun-tahun ia kenal.

“Perjalanan menuju ke penjara, Ahjussi,” balasnya lagi. Kali ini ia melambatkan kecepatannya.

Anni, dwasseo. Tidak perlu kemari, kembali dan temani Kyuhyun saja,” suara di seberang panggilan tersebut terdengar sedikit parau namun tetap tegas. Dan untuk beberapa saat ia menunggu jawaban dari Changmin, namun lelaki itu tak bersuara. Sampai ketika ia memanggil namanya lagi.

“Ah, ne, Ahjussi. Kalau begitu aku akan memutar balik.”

“Oh, Changmin-ssi, apa ada yang sedang terjadi pada Kyuhyun?”

Ne?” Changmin bertanya dengan nada sedikit bingung. Salah satu alisnya yang tebal ia naikkan dan ia benarkan letak earpiece-nya. Terdengar suara tertawa kecil dari seberang dan diikuti suara berat lagi, “selain karena kecelakaan. Apa ada yang terjadi pada Kyuhyun-ssi? Apakah dia bertemu dengan seorang wanita?”

Changmin mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali dan kedua bola binar itu membelalak. Dari mana di tahu?, ujarnya lagi dalam hati, masih bertanya-tanya. “A-anniyo, Ahjussi,” kali ini suaranya benar-benar keluar dan ia berhasil menjawab meski dengan terbata. Dan kembali terdengar sebuah suara tawa kecil di kejauhan dan sebuah gumaman yang pelan namun masih bisa Changmin dengar, “ah, geurae.”

“Okay, Changmin-ssi, gamsahamnida,” ujar sang lelaki yang lebih tua lagi dan kemudian panggilan terputus tanpa Changmin mampu mengucapkan sepatah kata lagi. Matanya menyipit untuk menyesuaikan dengan cahaya, pedal gas ia injak dengan kencang lagi sebelum akhirnya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Sementara di penjara tempat lawan bicara Changmin dalam telepon berada, ruang makan semakin penuh mengingat sudah memasuki waktu makan. Sang narapidana yang baru saja menutup panggilan pada Changmin itu dengan tenang mengantre untuk mendapatkan giliran makanannya. Dan saat sekumpulan nasi, kimchi, sup tahu dan jamur, buah, dan segelas air mineral berada di tangannya, ia mencari tempat duduk yang cukup sepi.

Dinikmatinya makanan penjara tersebut dengan tenang saat seorang narapidana lain yang jauh lebih muda usianya daripada dirinya duduk di hadapannya. Ia tersenyum pada narapidana lain itu kemudian kembali melanjutkan lahapannya. Dan keduanya dalam keheningan sampai lelaki yang lebih tua itu berujar, “Apa kau tahu mengapa seseorang bisa sangat payah dalam berbohong?”

***

“Bagaimana kabarmu Sooyoung-ah?” tanya Kyuhyun pada Sooyoung yang duduk di sebelahnya di sebuah kursi taman perumahan Sooyoung. Keduanya –setelah pertemuan mereka di depan rumah Sooyoung– pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke tempat terdekat di mana mereka bisa mempunyai pembicaraan yang sunyi –selain di rumah Sooyoung, karena wanita itu sama sekali tak mau mempersilakan Kyuhyun memasukinya.

Sooyoung menumbukkan pandangannya ke tanah yang dipijaknya, “seperti yang bisa kau lihat sendiri,” jawabnya pada pertanyaan Kyuhyun dengan pelan. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya dan menghentakkan kaki pelan, tidak mau membuat Kyuhyun mengetahui perasaannya saat ini. Sementara lelaki itu kemudian menarik satu ujung bibirnya dan suasana kembali dalam kecanggungan dan kesunyian.

“Aku tidak pernah menyangka kau akan terlihat begitu keren dengan jas doktermu, Sooyoung-ah,” ujar Kyuhyun, “kupikir saat kecil dulu kau bilang ingin menjadi dokter, itu hanya karena melihat neo Abeonim, tapi ternyata tidak, ahaha,” lanjutnya lagi kali ini untuk memecah suasana. Sooyoung berpaling pada Kyuhyun, wanita itu tersenyum kecil dan kembali menatap pada tanah di bawahnya.

Kyuhyun yang menyadari hal itu kemudian meraih dagu Sooyoung dengan tangannya dan menyetir wanita itu untuk menatapnya. Dan Sooyoung yang tak bisa mendefinisikan bagaimana jantungnya saat ini bekerja, hanya bisa menatap wajah lelaki itu, kemudian terdiam. Lelaki itu melakukan hal yang sama dan keduanya perlahan terbawa pada keheningan yang menenangkan. Kyuhyun mengerjapkan matanya sekali dan berkata, “mianhaeyo, Sooyoung-ah.” Dan kalimatnya itu seketika membuat Sooyoung sadar kemudian wanita itu memalingkan pandangannya ke arah lain.

Kyuhyun masih menumbukkan matanya pada Sooyoung, namun yang tak diketahuinya, wanita itu sedang menahan pusing yang tiba-tiba melanda.

Mianhae telah meninggalkanmu saat itu dan tidak pernah lagi memberi kabar. Jeongmal mianhae, Sooyoung-ah,” ujarnya. Ia melihat wanita itu tersenyum kecil dari samping wajahnya, namun beberapa seperdetik kemudian, bibir wanita itu mengeluarkan sebuah suara kesakitan kecil dan tangan Sooyoung menahan rasa sakit di bagian dadanya.

“S-sooyoung-ah, gwenchana?! Yya! Sooyoung-ah?!” Kyuhyun membelalakkan mata dan buru-buru ia genggam tangan wanita itu.

Sembari masih menggenggam tangan kecil itu, tangannya yang lain yang sebetulnya begitu sakit jika digerakkan dengan cepat, ia paksa gunakan untuk merogoh ponselnya yang ada dalam kantong pakaiannya, saat napas wanita itu makin cepat dan tak beraturan. Kyuhyun menghubungi nomor layanan emergency dan beberapa menit yang baginya sangat lama, sebuah ambulans datang. Petugas tepat datang saat Sooyoung akhirnya menyerah dan kehilangan kesadaran. Dan petugas-petugas itu segera membawa wanita itu naik ke dalam ambulans kemudian menuju rumah sakit. Kyuhyun, yang berada dalam ambulans dengan wanita itu hanya mampu menatap sang teman kecil yang terbaring pucat.

Ambulans sampai dan petugas lalu lalang bersibuk membawa Sooyoung ke UGD untuk ditangani sementara Kyuhyun hanya menurut pada dokter jaga yang mengatakan padanya untuk menunggu di ruang tunggu.

***

Beberapa menit berlalu dan Kyuhyun masih tak mendapatkan ketenangan. Ia langkahkan kaki ke UGD dan saat itu pula bertemu dengan dokter yang mengurus Sooyoung. Tak diucapkannya sepatah kata pun namun sang dokter mampu memahami arti raut wajah tersebut.

Dokter itu mendekat pada Kyuhyun, “Choi Songsaengnim tidak apa-apa, dia hanya pingsan tadi dan sekarang biarkan dia istirahat,” ujar dokter tersebut, Kyuhyun mengangguk dan membungkukkan badan seraya kembali melangkah pada Sooyoung. Diletakkannya tubuhnya pada kursi yang terdapat di sebelah ranjang rumah sakit wanita itu dan tangannya hendak meraih satu-dua helai rambut Sooyoung yang tersasar ke wajahnya. Sebelum sebuah suara langkah kaki berlari berhenti tepat di belakang Kyuhyun dan ia menghentikan tangannya di udara. Lelaki itu menoleh untuk melihat siapa yang datang dengan terburu-buru dan menemukan seorang lelaki yang juga memakai jas putih dokter. Sementara raut wajah sang dokter muda itu seperti tersadar akan sesuatu. Ia menghela napas antara lega dan berat, kemudian menatap Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun, ne?” tanyanya.

Nuguseyo?”

—–

SECOND PIECE: BLUE CURACAO DONE

—–

Author’s Note

Annyeong! Hihihi, sebelumnya terima kasih sekali masih mau baca cerita dari saya ini, karena sejujurnya saya ga nyangka masih ada yang mau baca *lol sedih*. Tapi ternyata, jeongmal gamsahamnida *bows*.

Anyway, tebakan-tebakan di komentar sebelumnya cukup kreatif.. tapi belum ada yang betul-betul mendekati benar about why their relationships is now like that and how was their past hihihi. Keep reading to know what’s behind all this, aite?

Once again, thank you so much.

Soshinism’s out.

19 thoughts on “Pastel Pistol: Blue Curacao”

  1. Igeo mwoyaaaaa 😤 kayanya kyu ketemu sm siwon dah.
    Bapaknya kyu tau drmana yah kyuhyun ketemu sm cewe. Wah cenayang kali si om ini bah. 😂
    huahhhh misteri banget sih critanyaaaaa bikin makin penasaran deh authornya ini bah
    ditunggu next partnya. Semangat authornim

  2. Wah ql tebak tebakan nya belum ada yg bener .. Jadi makin penasaran . jangan jangan kyuhyun sama sooyoung keluarga nya pada konflik yak . trus imbas nya sama mereka .

  3. ku kira soo eonni sma kyu oppa ntu orng yng sling jatuh cinta namun terpisahkan gtu wkwkwk trnyata Ehhh trnyata soo eonni ntu tmen masa kecil’a kyu oppa yaa? Pntesan ajaa kkkkkk~ kajja min, keep waiting net part’a 🙂 fighting min 😉

  4. Kenapa dulu ibunya soo kayak gasuka sama kyu, sebenernya dulu ada apaan??
    Kenapa soo pas ketemu kyu, selalu ngehindar..
    Bapaknya kyu kenapa bisa masuk penjara??
    Ditunggu kelanjutannyaa!! Fighting

  5. Huh… kok udah end sih..
    ini masih kepo tingkat akut…
    kayaknya ingstan masa lalu soo itu parah banget ya.. masih nginget2 aja udah sesak napas begitu..
    aduhh.. sebenernya apa yang terjadi sih?
    truS lagi kenapa appa nya kyu mantau banget kegiatan kyu?? Sampek segitunya lagi…
    dan jg kenapa kyu gak bisa naik mobil?? Ada trauma masa lalu jg kah??
    lanjuttt…
    next part di tunggu!!!

  6. Mungkin keluarga mereka ada konflik..,trus soo unnie kaya trauma gitu jadinya gak mau nginget ingetannya yang jelek..

  7. Penasaran sma masa lalu kyuyoung dan apa hubungan siwon dgn sooeoni penasaran bgts keren next part di tnggu chigu

  8. Hn…sahabat dr kecil ?
    Tp knp soo mghindari kyu saat brtmu ?
    hnn..knp jga ortu mereka bsikap kya gtu ?

    Next stunggu bgt ya..
    penasaraan knp ayah kyu sampai msk penjara

  9. sooyoung tuh lupa ingatan ya? terus yg di penjara itu emg bapanya kyu? aku nebaknya sih bpnya kyu yg bunuh bpnya soo iya ga sih? ah penasaran sama nextnya. semangat authornya buat nulis next part

  10. aduh baru sempet baca bagian kedua nya 😂
    lah jd soo ga gitu inget kyu itu siapa ? 😮 btw soo lupa/amnesia (gtw dah sebutannya apa wkwk) itu karna trauma masa lalu ?
    penasaran selanjutnyaaaa

Leave a reply to blackjackelfsone Cancel reply